Minggu, 29 Agustus 2010

Pengertian dan Ciri-ciri Penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan  dari orang-orang  dan prilaku yang dapat  diamati, demikianlah pendapat  Bogdan dan Guba, sementara itu Kirk dam Miller  mendefinisikan penelitian kualitatif  sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan, situasi, atau material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi tertentu.
Bila diperhatikan, definisi di atas nampaknya hanya menggambarkan  sebagian kecil dari suatu konsep penelitian kualitatif yang kompleks dan berdimensi banyak, oleh karena itu untuk pemahaman  yang lebih  utuh  mengenai   penelitian kulitatif, maka pengetahuan tentang apa ciri-ciri (karakteristik) penelitian kualitatif akan memberikan gambaran yang  lebih jelas dan padu tentang penelitian kualitatif. Untuk itu berikut ini akan dikemukakan berbagai ciri penelitian kualitatif.

Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif
  1. Naturalistic inquiry: Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
  2. Inductive analysis : Mendalami rincian dan kekhasan data guna menemukan  kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
  3. Holistic perspective: Seluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya.
  4. Qualitative data : Deskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara mendalam.
  5. Personal contact and insight : Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari. 
  6. Dynamic systems : Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun budaya secara keseluruhan
  7. Unique case orientation: Menganggap setiap kasus bersifat khusus dan khas
  8. Context Sensitivity: Menempatkan temuan dalam konteks sosial, historis dan waktu
  9. Emphatic Netrality :Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi bersifat empati
  10. Design flexibility : Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku) (Sumber : Patton : 1990 :40-41)
Setelah mensintesiskan pendapat Bogdan & Biklen dengan pendapat Lincoln & Guba,  Moleong mengemukakan sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu :
  1. Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan)
  2. Manusia sebagai alat (Manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang utama)
  3. Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah metode kualitatif)
  4. Anslisa data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)
  5. Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan data)
  6. Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka)
  7. Lebih mementingkan proses daripada hasil
  8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus (perlunya batas penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalajh dalam penelitian)
  9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data (punya versi lain tentang validitas, reliabilitas dan obyektivitas)
  10. Desain yang bersifat sementara (desain penelitian terus berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan)
  11. Hasil penelitiaan dirundingkan dan disepakati bersama (hassil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama antar peneliti dengan sumber data)
Sementara itu menurut Nasution ciri-ciri  metode kualitatif adalah :
1.    Sumber data adalah situasi yang wajar  atau natural settting Peneliti sebagai instrumen penelitian
2.    Sangat deskriptif
3.    Mementingkan proses maupun produk
4.    Mencari makna
5.    Mengutamakan data langsung
6.    Triangulasi (pengecekan data/informasi dari sumber lain)
7.    Menonjolkan rincian kontekstual
8.    Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti
9.    Mengutamakan perspektif emik    (menurut pandangan responden)
10.    Verifikasi (menggunakan kasus yang bertentangan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya)
11.    Sampling yang purposive
12.    Menggunakan audit trial (melacak laporan/informasi sesuai dengan data yang terkumpul)
13.    Partisipsi tanpa mengganggu
14.    Mengadakan analisis sejak awal penelitian
15.    Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau gambar ketimbang
16.    Desain penelitian tampil dalam proses penelitian

Dengan memperhatikan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan para ahli sebagaimana dikemukakan di atas, nampaknya lebih bersifat saling melengkapi dan menambah, karakteristik yang dikemukakan oleh Patton lebih bersipat umum yang merupakan ciri-ciri dasar, rumusan Moleong  sudah menambahkan hal-hal yang bersipat operasional penelitian, terlebih lagi karakteristik yang dikemukakan oleh Nasution. Dengan variasi semacam ini maka akan lebih mempermudah/memperjelas pemahaman tentang penelitian kualitatif

a. Inkuiri naturalistik
Desain  penelitian kualitatif  bersifat alamiah dimana   peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian, kondisi/situasi obyek yang diteliti benar-benar merupakan kejadian, komunitas, interaksi yang terjadi secara alamiah, hal ini dikarenakan metode kualitatif berusaha memahami fenomena-fenomena dalam kejadian alami yang wajar. Menurut Guba inkuiri naturalistik merupakan pendekatan yang berorientasi pada penemuan yang meminimalisir manipulasi peneliti atas obyek penelitian/studi

b. Analisis induktif
Metode kualitatif terutama berorientasi pada upaya eksplorasi, penemuan dengan menggunakan logika induktif . analisis induktif  bermakna analisis yang dimulai dengan melakukan observasi spesifik menuju terbentuknya pola umum. Peneliti kualitatif berusaha memahami berbagai hubungan antar dimensi/variabel yang muncul dari data-data yang ditemukan tanpa terlebih dahulu membuat hipotesis sebagaimana umum dilakukan dalam penelitian kuantitatif.

c.Perspektif menyeluruh
Metode kualitatif berusaha memahami fenomena sebagai suatu keseluruhan yang padu dan total. Peneliti kualitatif memandang bahwa keseluruhan itu merupakan suatu sistem yang kompleks tidak sekedar penjumlahan bagian-bagiannya. Pendeskripsian serta pemahaman atas lingkungan sosial (atau lingkungan dalam konteks lainnya) seseorang (informan) merupakan hal yaang sangat penting bagi pemahaman yang menyeluruh atas apa yang diteliti.

d. Data kualitatif
Dalam  penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif yang mendeskripsikan setting penelitian baik situasi maupun informan/responden yang umumnya berbentuk narasi baik melalui perantaran lisan seperti ucapan/penjelasan responden,  dokumen pribadi, catatan lapangan. Berbeda dengan penelitian kuantitatif dimana data yang dikumpulkan merupakan hasil pengukuran atas variabel-variabel yang telah dioperasionalkan (umumnya brbrntuk angka-angka)

e.  Kontak personal
Metode kualitatif mensyaratkan perlunya kontak personal secara langsung antara peneliti dengan orang-orang dan lingkungan yang sedang diteliti. Perlunya kontak langsung secara personal adalah guna memahami secara personal realitas yang terjadi dalam kehidupan wajar sehari-hari, sehingga peneliti dapat mengerti dan memahami bagaimana  orang-orang mengalami, memahami dan menghayati realitas yang terjadi.

f.  Sistem yang dinamis
Setting penelitian merupakan sesuatu yang dinamis, dan selalu berubah baik secara individual maupun budaya secara keseluruhan. Perhatian utama peneliti kualitatif adalah menggambarkan dan memahami proses dinamika yang terjadi, karena fenomena-fenomena yang terjadi saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara dinamis dalam suatu sistem yang menyeluruh.

g.  Berorientasi pada kasus yang khas
Kedalaman metode kualitatif secara tipikal bermula dari kasus-kasus kecil yang menarik sesuai dengan tujuan penelitian. Pentingnya studi kasus ini terutama bila seseorang memerlukan pemahaman atas orang-orang yang istimewa, masalah-masalah khas atau situasi-situasi yang unik secara lebih mendalam.

h. Sensitif pada konteks
Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif selalu ditempatkan sesuai dengan konteksnya, baik konteks sosial, konteks historis, maupun konteks waktu, ini berarti bahwa suatu temuan akan banyak bermakna atau akan memberikan makna yang lebih mendalam bila dilihat dalam konteksnya sendiri-sendiri, oleh karena itu peneliti harus peka dalam memahami konteks suatu temuan penelitian.

i. Netralitas yang empati
Obyektivitas yang sempurna adalah tidak mungkin, subyektivitas murni akan merusak keterpercayaan, untuk itu dalam penelitian kualitatif seorang penelity diharapkan bersifat netral tapi empati, kenetralan merupakan upaya untuk menjaga obyektivitas, sedangkan sikap empati perlu ada mengingat peneliti kualitatif melakukan kontak personal secara langsung dengan sumber-sumber data (informan)

j.  Desain yang lentur
Desain penelitian dalam metode kualitatif tdak bersifat kaku, dia biasa mengadaptasi perubahan sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kegiatan penelitian, oleh Karena itu dalam penelitian kualitatif desain secara parsial bisa muncul pada saat penelitian sedang berlangsung.

Perbedaan Metode Kuantitatif dengan Kualitatif

Metode Kuantitatif
  1. Menggunakan hiopotesis yang ditentukan  sejak awal penelitian
  2. Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal
  3. Reduksi data menjadi angka-angka
  4. Lebih memperhatikan reliabilitas skor yang diperoleh melalui instrumen penelitian
  5. Penilaian validitas menggunakan berbagai prosedur dengan mengandalkan hitungan statistik
  6. Mengunakan deskripsi prosedur yang jelas (terinci)
  7. sampling random
  8. Desain/kontrol statistik atas variabel eksternal
  9. Menggunakan desain khusus untuk mengontrol bias prosedur
  10. Menyimpulkan hasil menggunakan statistik
  11. Memecah gejala-gejala menjadi bagian-bagian untuk dianalisis
  12. Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks
Metode Kualitatif
  1. Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian
  2. Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung
  3. Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan
  4. Lebih suka menganggap cukup dengan reliabilitas penyimpulan
  5. Penilaian validitas melalui pengecekan silang atas sumber informasi
  6. Menggunakan deskripsi prosedur secara naratif
  7. Sampling purposive
  8. Menggunakan analisis logis  dalam mengontrol variabel ekstern
  9. Mengandalkan peneliti dalam mengontrol bias
  10. Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata
  11. Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam perspektif keseluruhan
  12. Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya 

Pengambilan Sampel (Sampling)

Penentuan sampel merupakan langkah penting dalam penelitian kuantitatif, konsep dasar dari penentuan sampel adalah bahwa agregasi dari orang, rumah tangga atau organisasi yang sangat besar dapat dikaji secara efektif dan efisien  serta akurat melalui pengkajian yang terinci dan hati-hati pada sebagian agregasi yang terpilih. Agregasi (Keseluruhan) disebut populasi atau universe yang terdiri dari unit total informasi yang ingin diketahui. Dari populasi yang ingin dikaji kemudian ditentukan sampelnya, melalui prosedur sampling yang sesuai dengan karakteristik populasinya.

Penelitian bidang sosial dan Pendidikan banyak dilakukan dengan menggunakan sampel (Sampling Methods), hal ini tidak hanya karena alasan biaya dan waktu, tapi juga untuk menghindari kekeliruan akibat pengumpulan, pemrosesan dan penganalisaan  data dari agregasi yang sangat besar. Dengan penarikan sampel maka estimasi dapat dilakukan serta hipotesis dapat diuji yang hasilnya dapat berlaku terhadap populasi darimana sampel itu diambil. Pengkajian terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan untuk  menemukan generalisasi atas populasi atau karakteristik populasi (Parameter), sehingga dapat dilakukan penyimpulan (inferensi) tentang universe, oleh karena itu penarikan sampel jangan sampai bias dan harus menggambarkan  seluruh unsur dalam populasi secara proporsional, hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan kesempatan yang sama pada seluruh elmen dalam populasi.

Adapun langkah-langkah dalam penentuan sampel adalah :
a.    Mendefinisikan populasi yang akan dijadikan obyek penelitian
b.    Menentukan prosedur sampling
c.    Menentukan besarnya sampel
pendefinisian  populasi merupakan langkah pertama yang sangat penting, dari sini dapat tergambar bagaimana keadaan populasi, sub-sub unit populasi, karakteristik umum populasi serta keluasan dari populasi tersebut. Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara populasi target (Target/actual population) dan populasi terjangkau (Accessible population), populasi target adalah populasi yang ingin digeneralisasi oleh peneliti, sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang dapat digeneralisasi oleh peneliti, target populasi merupakan pilihan ideal dan populasi terjangkau merupakan pilihan yang realistis.  Sesudah diperoleh gambaran tersebut kemudian ditentukan prosedur apa yang akan diambil dalam penentuan sampel, sesudah langkah ini baru kemudian ditentukan besarnya sampel yang akan dijadikan obyek penelitian.

    Penentuan prosedur sampling (Sampling Method) yang akan dipergunakan pada dasarnya sebagian besar tergantung pada ada tidaknya kerangka sampel (Sampling Frame : daftar unit-unit analisis dari populasi yang akan diambil sampelnya)) yang lengkap dan akurat, jika tidak demikian maka diperlukan pembaruan daftar tersebut agar sampel dapat benar-benar menjadi representasi dari populasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah bahwa semakin sempit (sedikit) peneliti mendefinisikan (membatasi) populasi semakin efisien dalam waktu dan dana, namun semakin terbatas kemampuan melakukan generalisasi, untuk itu peneliti harus mencari jalan yang efisien dalam waktu dan dana serta kemampuan generalisasi yang lebih luas, dan untuk menghindari kekeliruan pembaca, maka peneliti perlu menggambarkan populasi dan sampel secara rinci, sehingga orang yang membaca hasil penelitian dapat menentukan daya terap (Aplicability) penemuan hasil penelitian terhadap situasi yang berbeda.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat banyak metode pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan caranya sendiri-sendiri, namun dalam prakteknya cara pengambilan sampel campuran (Multistage sampling) banyak juga dipergunakan dalam penelitian, karena masing-masing cara  terkadang diperlukan dalam tahap-tahap tertentu. Untuk tujuan-tujuan penyimpulan (inference) persyaratan yang paling penting adalah perlunya sampel diambil secara random (Probability samples), dimana setiap elemen populasi punya kesempatan yang sama (Fair Chance) untuk terpilih menjadi sampel (Nonzero probability of selection), sifat random bermakna penggunaan metode probabilitas yang tidak bias dalam memilih sampel.
Simple Random Sampling
Pengambilan sampel acak sederhana adalah cara pengambilan sampel dimana setiap unsur yang membentuk populasi diberi kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel, cara ini akan sangat mudah apabila telah terdapat daptar lengkap unsur-unsur populasi. Prosedur yang cukup akurat untuk pengambilan sampel secara acak adalah dengan menggunakan tabel angka acak (Table of random numbers), disamping itu dapat pula dilakukan dengan cara mengundi.
Pengambilan sampel acak yang dilakukan sesuai prosedur sama sekali bukan jaminan bahwa suatu sampel akan menjadi representasi sempurna dari populasi, karena bisa saja terjadi pengambilan sampel secara random dalam kenyataannya menghasilkan suatu sampel yang unik, akan tetapi perlunya pengambilan sampel secara acak harus dipahami dalam konteks proses kemungkinan, apabila sampel acak diambil dari suatu populasi secara berulang-ulang, maka secara umum seluruh sampel tersebut akan mampu memberikan estimasi yang lebih akurat terhadap populasi, demikian juga variabilitas atau kekeliruan dapat diestimasi dan uji signifikansi statistik  juga menunjukan probabilitas hasil dengan mempertimbangkan kekeliruan pengambilan sampel (Sampling Error).
Pengambilan Sampel secara Sistimatis
Systematic Sampling merupakan Alternatif lain pengambilan sampel yang sangat bermanfaat untuk pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar. Pengambilan sampel secara sistematis adalah suatu metode  dimana hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak, sedang unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Sebagai contoh Kepala Dinas Pendidikan ingin mengetahui bagaimana Motivasi Kerja Kepala Sekolah di Kabupaten Kuningan yang berjumlah 1000 orang dan akan mengambil sempel 100 orang Kepala sekolah, kemudian Nama-nama Kepala Sekolah disusun secara alpabetis, lalu dipilih sampel per sepuluh Kepala Sekolah, untuk itu disusun nomor dari 1 sampai 10, lalu diundi untuk memilih satu angka, jika angka lima yang keluar, maka sampelnya adalah nomor 5, 15, 25, 35, dan seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang dikehendaki.
Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu interval pengambilan sampel (Sampling intervals), yaitu perbandingan antara populasi dengan sampel yang diinginkan, dan proporsi pengambilan sampel (sampling Fraction/Sampling Ratio) yaitu perbandingan antara ukuran sampel dengan  populasi.  Dari contoh di atas Sampling intervalnya adalah 1000 : 100 = 10, dan sampling rationya adalah 100 : 1000 = 0,1. Contoh tersebut juga dapat disebut sebagai Systematic Sampling with random start, dimana awal penentuan sampel dilakukan secara acak, baru sesudah itu dilakukan langkah-langkah sistematis sesuai dengan prosedurnya. Cara pengambilan sampel seperti ini menurut  Jack R. Fraenkel dan Norman E Wallen bisa dikategorikan sebagai random sampling  jika daftar populasi disusun secara random dan sampel diambil dari daftar tersebut.
Pengambilan Sampel berstrata (Stratified Sampling)
Pengambilan sampel berstrata  merupakan teknik pengambilan sampel dimana populasi dikelompokan dalam strata tertentu, kemudian diambil sampel secara random dengan proporsi yang seimbang sesuai dengan posisinya dalam populasi. Sebagai contoh : seorang Kepala Sekolah ingin mengetahui tanggapan Siswa tentang pelaksanaan program Keterampilan. Jumlah Siswa sebanyak 2000 orang dengan komposisi kelas 3 sebanyak 600 siswa, kelas 2 sebanyak 400 siswa dan kelas 1 sebanyak 1000 siswa, besarnya sampel yang akan diambil adalah 200 orang, jika stratanya berdasarkan Kelas maka langkah yang harus dilakukan adalah :
a.    Tetapkan proporsi strata dari populasi hasilnya kelas 3 sebesar 30%, Kelas 2 sebesar 20% dan kelas 1 sebesar 50%.
b.    Hitung besarnya sampel untuk masing-masing strata, hasilnya kelas 3 sebanyak 60 siswa, kelas 2 sebanyak 40 siswa dan kelas 1 sebanyak 100 siswa
c.    Kemudian pilih anggota sampel untuk masing-masing strata secara acak (random sample).
Cara lain penentuan sampel berstrata adalah menentukan dulu proporsi sampel atas populasi, dalam kasus di atas proporsinya adalah 10 % kemudian proporsi ini dikalikan jumlah siswa pada tiap strata dan hasilnya akan sama dengan cara diatas. Sesudah langkah tersebut dilakukan baru instrumen penelitian disebarkan kepada anggota sampel yang sudah terpilih. Apabila jumlah sampel disamakan untuk tiap strata, cara itu disebut penarikan sampel strata tidak proporsional (Disproportional Stratified Sampling), sedangkan jika disesuaikan dengan proporsi strata dalam populasi disebut pengambilan sampel strata proporsional (Proportional Stratified Sampling)
Pengambilan sampel Kelompok (Cluster Sampling)
Cluster Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali untuk dilakukan apabila tidak terdapat atau sulit menentukan/menemukan  kerangka sampel, meski dapat juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampelnya sudah ada. 
Sebagai contoh : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan ingin mengetahui bagaimana Sikap Guru SLTP terhadap Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), besarnya sampel adalah 300 orang, kemudian ditentukan Clusternya, misalnya sekolah, Jumlah SLTP sebanyak 66 Sekolah dengan rata-rata jumlah Guru 50 orang, maka jumlah cluster yang diambil adalah 300 : 50 = 6, kemudian dipilih secara acak enam Sekolah dan dari enam sekolah ini dipilih secara acak 50 orang Guru sebagai anggota sampel.
    Pengambilan sampel dengan cara yang sudah disebutkan di atas umumnya dilakukan pada populasi yang bersifat terbatas (Finit), sementara itu untuk Populasi yang jumlah dan identitas anggota populasinya tidak diketahui (Infinit) pengambilan sampel biasanya dilakukan secara tidak acak (Non random Sampling). Adapun yang termasuk pada cara ini adalah :
1.    Quota Sampling : yaitu penarikan sampel yang hanya menekankan pada jumlah sampel yang harus dipenuhi.
2.    Purposive Sampling : pengambilan sampel hanya pada individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu.
3.    Accidental Sampling : pengambilan sampel dengan jalan mengambil individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui.
Menentukan Besarnya Sampel (Sample Size)
Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel yang diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan. Masalah besarnya sampel merupakan hal yang sulit untuk dijawab sebab terkadang dipengaruhi oleh dana yang tersedia untuk melakukan penelitian. Namun demikian hal yang penting untuk diperhatikan adalah terdapatnya alasan yang logis untuk pemilihan teknik sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut metodologi Penelitian.
Dilihat dari substansi tujuan penarikan sampel yakni untuk memperoleh representasi populasi yang tepat, maka besarnya sampel yang akan diambil perlu mempertimbangkan karakteristik populasi serta kemampuan estimasi. Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan sampel, ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan bias, sementara kemampuan estimasi berkaitan dengan presisi dalam mengestimasi populasi dari sampel serta bagaimana sampel dapat digeneralisasikan atas populasinya, upaya untuk mencapai presisi yang lebih baik memerlukan penambahan sampel, seberapa besar sampel serta penambahannya akan tergantung pada variasi dalam kelompok, tingkat kesalahan yang ditoleransi serta tingkat kepercayaan.
Menurut Pamela L. Alreck dan Robert B. Seetle dalam bukunya The Survey Research Handbook untuk Populasi yang besar, sampel minimum kira-kira 100 responden dan sampel maksimumnya adalah 1000 responden atau 10% dengan kisaran angka minimum dan maksimum, secara lebih rinci Jack E. Fraenkel dan Norman E. Wallen menyatakan  (meskipun bukan ketentuan mutlak) bahwa minimum sampel adalah 100 untuk studi deskriptif, 50 untuk studi korelasional, 30 per kelompok untuk studi kausal komparatif.  L.R Gay dalam bukunya Educational Research menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besarnya sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek, riset kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok. Sementara itu Krejcie dan Morgan menyusun ukuran besarnya sampel dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Kesalahan Pengambilan Sampel (Sampling Error)
Secara umum peneliti harus dapat memperoleh besarnya sampel minimum yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi secara akurat, namun disadari bahwa sampel bukanlah populasi sehingga kemungkinan melakukan kesalahan dapat saja terjadi. Oleh karena itu peneliti harus memandang hasil dari sampel bukanlah hasil yang pasti, tapi sebatas estimasi. Kesalahan pengambilan sampel terjadi apabila sampel yang diproleh tidak/kurang akurat dalam merepresentasikan populasi, masalahnya berapa besar kesalahan sampling yang ditoleransi agar generalisasi dari suatu penelitian sampel dapat diandalkan
Sebagaimana telah diketahui bahwa besarnya sampel yang diperlukan agar dapat merepresentasikan populasi tidak hanya tergantung pada ukuran besarnya populasi tapi juga pada heterogenitas variansi variabel dalam populasi. Semakin besar populasi, semakin besar sampel yang diperlukan, demikian juga semakin heterogen variabel dalam populasi semakin besar sampel yang diperlukan dalam penelitian.
Teori pengambilan sampel (Sampling Theory) menyatakan bahwa jika banyak sampel (dengan jumlah tertentu) diambil dari suatu populasi, maka sebagian besar Mean sampel akan berada dekat dengan Mean populasi , dan hanya sedikit saja yang berada jauh dari mean populasi , hal ini berarti bahwa jika sampel diambil secara tepat, maka penyimpulan atas sampel akan mendekati (akibat sampling error) penyimpulan atas populasi. 
    Dari suatu populasi dapat digambarkan suatu distribusi sampel Mean (Sampling distribution), dan menurut Teorema batas pusat (Central limit Theorem) mean-mean dari sampel akan berdistribusi normal diseputar mean populasi serta mean dari mean semua sampel  akan sama dengan nilai mean populasi. Namun demikian kemungkinan melakukan kekeliruan tetap saja ada, dan untuk menghitung/mengetahui kekeliruan tersebut pertama-tama perlu dilihat dulu bagaimana variasi dalam suatu populasi, akan tetapi karena variasi populasi secara empirik tidak diketahui, maka yang dapat digunakan adalah nilai variasi sampel, adapun ukuran-ukuran untuk mengetahui variasi suatu data penelitian yang biasa dipergunakan adalah Mean Deviasi (X – ), Varians (X –  )2/N), dan Standar Deviasi yaitu akar pangkat dua dari Variance  (     (X –  )2 / N    ).
    Sebelum mengetahui nilai kesalahan pengambilan sampel terlebih dahulu perlu diketahui Standard Error, dan ukuran variasi Standard Deviasi merupakan ukuran yang baik untuk mengetahui rata-rata penyimpangan, adapun  rumus perhitungan Standard Error adalah  Standar Deviasi dibagi akar pangkat dua jumlah sampel ( SD :    N (jumlah sampel) ),standar deviasi (SD) yang digunakan dalam rumus tersebut mestinya SD populasi, tapi karena yang diteliti adalah sampel,  maka SD sampel yang dipergunakan dengan asumsi SD sampel sama dengan SD populasi. Standar Error merupakan estimasi terbaik bagi Sampling Error; semakin kecil Standar deviasi,dan semakin besar jumlah sampel maka semakin kecil Standard Error, yang berarti semakin kecil Sampling error, karena Kesalahan penarikan sampel merupakan perkalian antara Standard error  dengan nilai z pada tingkat kepercayaan tertentu ( 95% = 1,96; 99% = 2,58).

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi 6 – 24 Bulan

Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Makanan pendamping ASI bukan untuk mengganti ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI.  Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat besi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Asiyah Sekampung Lampung Timur Tahun 2008.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Karya Tulis ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung Lampung Timur Tahun 2008. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai balita usia 6 – 24 bulan di BPS Nur Aisyah Sekampung yang berjumlah 108 ibu, dengan jumlah sampel 26 ibu dan pengumpulan data dilakukan dengan alat bantu kuesioner berupa pertanyaan bentuk multiple choice. 
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden di BPS Nur Aisyah Sekampung  Lampung Timur Tahun 2008 berpengetahuan kurang yaitu yang berjumlah 76 orang (70,37%). 
Kesimpulan dan penelitian ini bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 6 – 24 bulan tentang pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi yang terbanyak adalah dalam kategori kurang yaitu 76 orang (70,37%).

Kata Kunci : Pengetahuan, makanan pendamping ASI 

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Ruang Lingkup
D. Tujuan Penelitian
E. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan  
B. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
C. Bayi
D. Kerangka Konsep
E. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
C. Waktu dan Tempat Penelitian
D. Variabel Penelitian
E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
F. Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil BPS Nur Aisyah Sekampung Lampung Timur
B. Hasil Penelitian
1. Lokasi BPS Nur Aisyah Sekampung Lampung Timur
2. Sejarah Singkat
3. Sarana dan Prasarana BPS Nur Aisyah Sekampung Lampung Timur
4. Ketenagaan BPS Nur Aisyah Sekampung Lampung Timur
5. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian
C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN 

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Karakteristik Pasangan Usia Subur PUS yang tidak Mengikuti KB

Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Saat ini baru 66% pasangan usia subur (PUS) di Indonesia yang mengikuti program keluarga berencana (KB). Pemerintah telah menetapkan tiga skenario untuk menekan pertambahan jumlah penduduk hingga 2015. Pertama, jika peserta KB meningkat 1% setiap tahun, penduduk Indonesia hanya akan menjadi 237,8 juta jiwa. Kedua, bila peserta KB tetap konstan 60%, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 255,5 juta jiwa. Ketiga, jika peserta KB menurun menjadi 0,5% per tahun, jumlah penduduk Indonesia akan menjadi 264,4 juta jiwa (http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung Lampung Timur tahun 2008. Subjek dalam penelitian ini adalah semua Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Desa Sukoharjo, sedangkan objek penelitiannya adalah Karakteristik Pasangan Usia Subur yang tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana. Populasi yang diteliti adalah 884 pasangan usia subur yang tidak mengikuti KB dan yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 10% atau sebanyak 88 pasangan usia subur yang diambil secara acak (random sampling).

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu menggambarkan tentang karakterisitik yang tidak mengikuti KB di di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung Kab. Lampung Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan format pengumpulan data menggunakan instrumen pengumpulan data berupa checklist. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteritik umur pasangan usia subur yang tidak mengikuti KB di Desa Sukoharjo yang terbanyak berumur < 20 tahun  dengan jumlah 45 responden (51,4%), karakteristik tingkat pendidikan yang terbesar adalah tingkat pendidikan rendah dengan jumlah 63 responden (71,6%), karakteristik tingkat ekonomi yang terbesar adalah tingkat ekonomi rendah dengan jumlah 72 responden (81,8%), dan karakteristik paritas yang terbesar adalah primipara dengan jumlah 79 responden (89,7%).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari PUS yang tidak mengikuti KB di Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung Kab. Lampung Timur adalah berumur < 20 tahun, dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah, dan sebagian besar adalah ibu primigravida.

Kata kunci : Pasangan Usia Subur, Keluarga Berencana.

DAFTAR ISI
BAB I .PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah  
C. Ruang Lingkup Penelitian
D. Tujuan Penelitian  
E. Manfaat Penelitian  

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA 
A. Telaah Pustaka
1. Pasangan Usia  Subur
2. Keluarga Berencana
3. Sasaran Program Keluarga  Berencana
4. Pelayanan Keluarga Berencana Terpadu
5. Kontrasepsi
6. Jenis Kontra Sepsi
B. Variabel Karakteristik
C. Kerangka Konsep
D. Definisi Operasional


BAB III.METODE PENELITIAN 
A. Desain Penelitian  
B. Populasi dan Sampel
C. Waktu dan Tempat Penelitian
D. Variabel Penelitian
E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
F. Analisa Data  

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian  
1. Profil Desa Sukoharjo Kecamatan Sekampung Kab. Lampung Tengah
2. Karakteristik Pasangan Usia Subur yang Tidak Mengikuti KB
B. Pembahasan

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menarche

Indonesia menempati urutan nomor 4 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Lampung pada tahun 2006 dihuni oleh 222.051.298 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 110.873.335 jiwa dan penduduk perempuan 111.177.963 jiwa (Hasil Sensus BPS Lampung, 2006).
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menarche merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil. 
Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum 
(Sarwono, 2005).
 Peristiwa ini menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan tanda seks skunder wanita itu. Tanda seks skunder pada wanita meliputi pertumbuhan rambut dengan patrun/pola tertentu pada ketiak, rambut monfeneris (rambut kemaluan), pertumbuhan dan perkembangan buah dada, pertumbuhan distribusi jaringan lemakterutama pada pinggang wanita. Dari sudut perasaan kewanitaan sudah memperhatikan jasmani serta kecantikan, mulai ingin dipuja dan mulai memuja seseorang karena jatuh cinta. Masa pancaroba ini yang memerlukan perhatian orang tua karena sejak masa menstruasi pertama berarti ada kemungkinan menjadi hamil bila berhubungan dengan lawan jenisnya. (Manuaba,1998) 
Sebab itu, sosialisasi program kesehatan reproduksi dikalangan remaja harus lebih pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan reproduksi. Mengingat masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya tentang kespro. Juga agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya.

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas tentang Seks Sekunder

Instrumen Penelitian
E. Variabel Penelitian
F. Analisa Data  

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian  
1. Lokasi SMP Bina Bhakti Bajar Kerta Rahayu
2. Sejarah Berdirinya SMP Bina Bhakti Bajar Kerta Rahayu
3. Ketenagaan SMP Bina Bhakti Bajar Kerta Rahayu
4. Pelaksanaan Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Alat Kontrasepsi KB Suntik

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.  Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, hal itu menjadi kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009. prioritas ini adalah pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin; penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana; serta peningkatan pelayanan kesehatan didaerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan  serta pulau-pulau terluar (Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003).
Pada tahun 2000 Indonesia menempati urutan kelima di dunia dalam hal jumlah penduduk (Mochtar, 1998). Pada tahun 2003 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 211.000.598 jiwa dengan tingkat kepadatan 113 jiwa per km2 dan angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,59% (jumlah penduduk tahun 2002 dilaporkan sebesar 211.000.598 jiwa) (Depkes RI, 2003)

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan "Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonsia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun. (GNPP-ASI oleh Bapak Presiden tanggal 22 Desember 1990)
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit Sedangkan dari hasil perhitungan data susenas tahun 2004 persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif usia 0-6 bulan di Provinsi Lampung sebesar 74,4% (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2005)
Salah satu kebijakan dalam menanggulangi masalah kependudukan di Indonesia adalah dengan memberikan pengetahuandan pengetahuan tentang kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) secara bertahap agar sikap penerimaan keluarga beras akan dapat diubah lalu dihayati menjadi sikap keluarga kecil menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Mochtar, 1998).
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa manfaat KB bagi keluarga sangat besar terutama bagi ibu. Selain itu, KB dan kontrasepsi juga menjamin bahwa bayi akan mendapat nutrisi yang cukup untuk waktu tertentu dengan cara mencegah kehamilan yang terlampau dini setelah melahirkan. Hal ini sangat penting  karena ASI merupakan sumber nutrisi dan imunisasi yang paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh berkembang dan laktasi juga dapat menunda ferilitas post partum (Hartanto, 2003)  

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Pengetahuan Siswa tentang Bahaya Merokok

Kebiasaan merokok di negara maju ada kecenderungan menurun sekitar 1,1% pertahun. Negara berkembang kebiasaan merokok ada kecenderungan meningkat 2,1% pertahun. Penelitian di jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan 9,8% wanita dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Bahkan pada kelompok remaja 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita sudah merokok. (http//www.republikonline.com, 2003). Merokok dapat mengganggu kesehatan tubuh karena dapat menimbulkan penyakit seperti kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, esofagus, laring, dan rongga mulut yang disebabkan oleh komponen dan zat-zat yang berbahaya dalam rokok seperti karbon monoksida, tar dan nikotin. (http//www.depkes.ri.com, 2004). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II di SMA Negeri 2 Metro. Objek penelitiannya adalah pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok. Populasinya adalah 208 siswa kelas II di SMA Negeri 2 Metro. Besarnya sampel adalah 52 siswa yaitu 25% dari jumlah populasi. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu mengambarkan pengetahuan siswa kelas II di SMA Negeri 2 Metro mengenai bahaya rokok. Pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik angket dan menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariat.

Hasil penelitian ini adalah : 1) Pengetahuan siswa kelas II mengenai pengertian rokok termasuk dalam kategori baik, yaitu 77,3%. 2) Pengetahuan siswa kelas II mengenai kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok termasuk dalam kategori baik, yaitu 79,6%. 3) Pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan termasuk dalam kategori cukup, yaitu 62,2%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok secara keseluruhan termasuk dalam kategori cukup, yaitu 73%, hal ini disebabkan karena sudah banyak informasi baik dari televisi, majalah, koran, tabloit, kebiasaan orang dan pengalaman yang dapat diperoleh siswa, sehingga hal ini dapat menjadi bekal yang baik bagi mereka dalam menjaga kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan siswa, Bahaya Rokok

DAFTAR ISI:
BAB I .PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah  
C. Tujuan Penelitian
D. Ruang Lingkup
E. Manfaat Penelitian

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA 
A. Variabel Penelitian
1. Rokok
2. Pengetahuan
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional

BAB III.METODE PENELITIAN 
A. Jenis dan Rancangan Penelitian  
B. Lokasi Penelitian
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2. Sampel
D. Variabel penelitian
E. Pengukuran Variabel Penelitian
F. Analisa Data  

BAB IV.HASIL PENELITIAN 
A. Gambaran Umum SMA  
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan

BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Gambaran Kejadian Diare Pada Balita

Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya dengan tinja yang berbentuk cairan setengah cair dapat disertai frekuensi defekasi yang lebih meningkat. Saat ini diare di Indonesia masih menjadi penyebab kematian yang utama yaitu nomor 2 pada balita. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kejadian diare di Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang anaknya menderita diare. Objek dalam penelitian  ini adalah balita yang menderita diare.Populasi yang diteliti adalah 91 balita dan juga merupakan jumlah sampel yang diteliti. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan kejadian diare pada balita. Pegumpulan data dilakukan dengan Format MTBS. Data dikumpulkan dan diolah dengan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa balita diketahui balita yang menderita diare tanpa dehidrasi terdapat 60 balita (65,9%), balita yang menderita diare dengan dehidrasi ringan terdapat 13 balita (14,3%), balita yang menderita diare dengan dehidrasi sedang terdapat 18 balita (19,8%), sedangkan tidak terdapat balita yang menderita diare dengan dehidrasi berat, sedangkan untuk balita yang menderita diare disertai dengan gejala terdapat 41 balita (45,1%), dan yang tidak disertai gejala terdapat 50 balita (54,9%).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada kelompok balita yang menderita diare dengan tanpa dehidrasi dan tanpa gejala menunjukan persentase paling tinggi.

Kata kunci : Kejadian diare, balita

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI