Minggu, 03 Oktober 2010

Macam Korelasi

  1. Korelasi positip : Korelasi positif adalah tingkat hubungan antara dua variabel yang mempunyai ciri, bahwa  perubahan variabel independent  x (variabel bebas x) diikuti oleh perubahan variable dependent  y (variabel  tidak bebas  y) secara “searah.”.
  2. Korelasi negatip: Korelasi negatif adalah tingkat hubungan antara dua variabel yang mempunyai ciri, bahwa  perubahan variabel independent  x (variabel bebas x) diikuti oleh perubahan variabel dependent  y (variabel  tidak bebas  y) secara “Berlawanan”.
  3. Korelasi sederhana (simple corelation) : Adalah tingkat hubungan yang terjadi antara 2 (dua) variabel saja.
  4. Korelasi Multiple (Multiple Corelation) : Yaitu tingkat hubungan yang tejadi antara 2 (dua) variable atau lebih.  Misalkan pada model regrsi linier multiple ( y = a0 + a1x1 + a2x2 + e ), maka maksud dan pengertian dari pernyataan di atas adalah: Tingkat hubungan antara y dengan x1 atau tingkat hubungan antara y dengan x2 atau tingkat hubungan antara x1 dan x2. 
  5. Korelasi sempurna (perfect corelation) : Maksud dan pengertian dari Korelasi sempurna antara 2 variabel, yaitu suatu kondisi bahwa setiap nilai variabel bebas x akan terdapat pada setiap nilai variabel tidak bebas y nya. Hal ini dapat diartikan pula, bahwa garis regresi yang terbentuk dari data yang tersebar (terdistribusi) adalah merupakan tempat kedudukan dari data – data dimaksud, sehingga nilai r nya =1 atau r = -1 
  6. Korelasi Tidak Sempurna (Imperfect Corelation) : Korelasi antara 2 (dua) variabel dikatakan tidak sempurna, jika titik–titik yang tersebar tidak terdistribusi tepat pada satu garis lurus.
  7. Korelasi yang mustahil (nonsense corelation): Korelasi  antara  dua variabel yang seolah-olah  ada  tetapi tidak ada.

Uji Chi Square

Sejalan dengan konsep kenyataan yang sering terjadi, bahwa hasil observasi biasanya selalu tidak tepat dengan yang diharapkan (tidak sesuai) dengan yang direncanakan  berdasarkan konsep dari teorinya (sesuai dengan aturan-aturan teori kemungkinan atau teori probabilitasnya). 

 Asumsi-asumsi hasil perhitungan:
Jika x2 = 0, maka dapat diartikan bahwa frekuensi-frekuensi teoritis dan yang diharapkan adalah tepat sama dengan frekuensi-frekuensi hasil observasinya;
Jika x2 > 0, maka frekuensi-frekuensi tersebut dapat diartikan tidak tepat sama.
Semakin besar nilai 2, maka dapat diartikan semakin besar pula perbedaan antara frekuensi yang diobservasi dan yang diharapkan .

TAHAPAN PENGUJIAN 
Dalam menentukan uji nyata dari suatu persoalan yang ungkapkan, Jumlah derajat kebebasan v ditentukan oleh :
  1. v = k – 1, (k: banyaknya peristiwa yang terjadi). Derajat kebebasan ini digunakan, jika frekuensi yang diharapkan dapat dihitung tanpa harus menduga parameter populasi dari statistik sampelnya. 
  2. V = k – 1 – m. Derajat kebebasan ini digunakan, jika frekuensi yang diharapkan dapat dihitung hanya dengan menduga m parameter populasi dari statistik sampelnya.
  3. Tingkat Keyakinan (1 – α) atau Tingkat ketidak yakinan (taraf nyata) α ditetapkan sebagai nilai-nilai kritis untuk menarik kesimpulan dari yang diobservasi, dengan demikian selanjutnya dapat sehingga ditunjukkan ada beda atau tidaknya setelah dibandingkan hasil perhitungan nilai x2 yang diobservasi dan nilai 2 berdasarkan nilai-nilai kritisnya.
  4. Penarikan kesimpulan untuk menyatakan ada beda atau tidak dinyatakan sebagai berikut: Jika x2 hitung > x2tabel, maka dapat diartikan ada pebedaanyang nyata dan jika x2 hitung ≤ x2 tabel, maka dapat diartikan tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dan yang diharapkannya.
  5. Secara umum tahapan pengujian didasarkan pada penetapan Hipotesis Nol (Ho), yaitu menetapkan kesimpulan sementara berdasarkan berdasarkan asumsi dari yang membuat pengamatan, misalkan dengan pernyataan “Tidak ada Perbedaan Yang nyata antara Teori dan Praktek” Sedangkan Hipotesis Alternatif adalah merupakan kebalikan dari hipotesis nol, sehingga untuk hipotesis alternatif permyataannya adalah “Ada Perbedaan Yang Nyata Antara Teori dan Praktek”.
  6. Untuk mengambil keputusan diterima atau ditolaknya kesimpulan sementara (Hipotesis), pada masalah sosial dan ekonomi seringkali menggunakan taraf nyata (Tingkat ketdak percayaan) antara 1%, 5% dan 10% atau dengan kata lain bahwa pengamatan dilakukan dengan tingkat keyakinan (Confidence Level) antara 99%, 95% dan 90%. Selanjutnya batas-batas pengamatan ini dijadikan sebagai batas nilai-nilai kritis untuk menolak atau menerima Hipotesis, dengan ketentuan seperti di atas.
  7. Perlu kiranya diperhatikan jika nilai x2 mendekati nol, hal ini dapat diartikan bahwa frekuensi yang diamati hampir sama dengan frekuensi yang diharapkan. 
  8. Uji Chi-kuadrat dapat pula dipakai untuk menentukan apakah distribusi-distribusi teoritis, seperti distribusi normal, binormal dan lainnya, sesuai dengan distribusi-distribusi empiris, yaitu distribusi yang diperoleh dari data sampel yang dijadikan sebagai objek pengamatannya.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah salah satu cara dalam statistika untuk menguji  "parameter” populasi berdasarkan statistik sampelnya, untuk dapat diterima atau ditolak pada tingkat signifikansi tertentu. Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari permasalahan yang akan ditelaah. Sebagai wahana untuk menetapkan kesimpulan sementara tersebut kemudian ditetapkan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya. Ada beberapa pengertian dalam pelaksanaan pengujian hipotesis, diantaranya:
Tingkat signifikansi/taraf nyata ()
Tingkat keyakinan/tingkat kepercayaan -----> 1 – 

PELAKSANAAN PENGUJIAN 
 
1.  Pengujian Dua Pihak (Pihak kiri dan pihak kanan) : Pernyataan Hipotesa dengan tanda “=” dan “”
2. Pengujian Satu Pihak (Pihak kiri saja) : Pernyataan Hipotesa dengan tanda “” dan “<”
3. Pengujian Satu pihak (Pihak kanan saja) ; Pernyataan Hipotesa dengan tanda “” dan “>”

Distribusi Kemungkinan Teoritis

PENGERTIAN DISTRIBUSI KEMUNGKINAN TEORITIS 
Yang dimaksud dengan Distribusi Kemungkinan Teoritis adalah merupakan distribusi (tingkat penyebaran) dari suatu kejadian yang dapat diharapkan berdasarkan pertimbangan-petimbangan teoritis, misalkan masalah probabilitas untuk mendapatkan kesempatan menang atau kalah didalam suatu undian.
VARIABEL RANDOM
Yaitu variabel acak atau variabel random yang nilainya merupakan suatu hasil perolehan yang terjadi didalam suatu percobaan. Distribusi Kemungkinan Teoritis terbagi menjadi:
1. Variabel Random Diskrit
2. Variabel Random Kontinu

DISTRIBUSI BINOMIAL
Yang dimaksud dengan distribusi Binomial adalah dstribusi kemungkinan teoritis (diskrit), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
-Probabilitasnya independent ( saling bebas )
-Hasil percobaan mempunyai dua "outcomes" nilai yang mungkin terjadi dalam hal ini adalah :
1.Sukses
2.Gagal  

DISTRIBUSI MULTINOMIAL
Distribusi ini merupakan perluasan dari distribusi binomial dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
1.Peristiwanya independent
2.Setiap percobaan tunggal mempunyai hasil kejadian lebih dari 2 (dua) dan semuanya disebut sukses.
3.Peluang terjadinya setiap "outcomes" disebut  p1, p2 ....pn sehingga  P(n)= 1    
4.Biasanya dalam hal ini jumlah percobaan tertentu.

DISTRIBUSI HIPERGEOMETRIK
Distribusi Hipergeometrik adalah suatu bentuk distribusi yang diperoleh dari hasil percobaan dengan pengambilan sekaligus secara acak (random) dan tanpa pengembalian.

DISTRIBUSI POISSON
Distribusi ini ditemukan oleh Poisson, sedangkan aplikasi atau pemakaiannya sama saja dengan distribusi binomial.  Hanya saja pada distribusi Poisson ini ada suatu persyaratan yaitu jika probabilitasnya (p) 0,01 dan (n)0,50 .
Rata-ratanya = n.p        

DISTRIBUSI NORMAL
Hampir semua data  penelitian  dengan  pengambilan sampel yang cukup memadai akan mempunyai distribusi normal.
•Grafik Distribusi normal selalu berada di atas sumbu x dan tidak pernah memotong sumbu x tersebut.
•Bentuknya  simetris terhadap rata-ratanya (  ).
•Nilai x dapat dikonversikan kedalam nilai standar (nilai baku) 

Probabilitas

PENGERTIAN PROBABILITAS
Dalam kenyataan sehari-hari seringkali kita mendengar adanya pernyataan “mungkin dan atau tidak mungkin”, secara spesifik pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai gambaran sebuah pernyataan “Kepastian dan atau ketidak pastian” yang biasa dikatakan sebagai Probabilitas atau kemungkinan.
Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada teori ini, antara lain:
1. Pendekatan Matematis
2. Pendekatan Empiris

PERISTIWA YANG SALING MENIADAKAN DAN TIDAK SALING MENIADAKAN
Dua atau lebih kejadian disebut saling meniadakan (mutually exclusive) jika kejadian-kejadian tersebut tidak dapat terjadi bersama-sama, suatu kejadian tertentu akan menghalangi atau meniadakan satu atau lebih kejadian yang lain. Sedangkan dua atau lebih kejadian dikatakan tidak saling meniadakan apabila kejadian-kejadian tersebut dapat terjadi bersamaan (non mutually exclusive). Sebagai ilustrasi untuk kejadian yang saling meniadakan atau tidak saling meniadakan adalah sebagai berikut: 
- Mutually exclusive  (Kejadian yang saling lepas)
- Non Mutually exclusive  (Kejadian yang dapat terjadi bersama-sama):

NILAI HARAPAN MATEMATIS (EKSPEKTASI)
Dalam setiap kesempatan kita selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan, bahkan mungkin setiap saat. Keputusan tersebut mulai dari yang paling sederhana sampai dengan keputusan yang paling sulit, misalkan disaat kita mau menentukan kearah mana kaki  harus melangkah, bagaimana kebijakan yang seharusnya terhadap karyawan yang indisipliner, dimana tempat usaha yang seharusnya ditempatkan dan lain sebagainya.
Setiap Keputusan akan menghadapi empat kemungkinan, yaitu :
a. Kepastian (Certainty)
b. Risiko (Risk)
c. Ketidak pastian (Uncertainty)
d. Konflik (Conflict)

Analisis Data Deret Waktu

Data deret waktu adalah merupakan data hasil pencatatan secara terus menerus dari waktu ke waktu (periodik). Ada empat faktor komponen variasi atau gerak yang masing-masing sering dianggap sebagai pengaruh yang dianggap dapat menjelaskan keseluruhan, diantaranya:
a.Gerak jangka panjang atau trend
b.Gerak siklis
c.Gerak musiman, dan
d.Gerak reguler atau residu
Model yang dianggap cocok dengan letak titik-titik pada diagram diusahakan diinterpretasikan kedalam model matematis, agar dapat digunakan dalam memprediksi suatu persoalan.

TREND LINIER
Model trend biasa digunakan untuk memprediksi suatu persoalan (membuat ramalan jangka panjang), adapun bentuk umum dari model trend linier ini dinyatakan dengan persamaan : yt = a + bx
yt: Nilai trend untuk setiap unit x
x: Unit waktu tertentu
a :  intercept (nilai trend yt pada saat x = 0)
b: Koefisien trend: Pertambahan y untuk setiap unit waktu tertentu

Adapun metode untuk menentukan nilai a dan b pada model trend linier ini dapat dilakukan dengan dua cara  yaitu:
1.Least Square Method (metode kuadrat terkecil)
2.Semi Average Method (metode setengah rata-rata)

METODE SETENGAH RATA-RATA (SEMI AVERAGE METHOD)
Metode setengah rata-rata dimaksudkan sebagai cara untuk menentukan model trend selain menggunakan cara kuadrat terkecil. Pada metode ini dari sekelompok data dibagi menjadi 2 (dua) bagian yang sama, jika jumlah datanya ganjil, maka data yang ditengah dapat dihilangkan atau dapat pula dihitung 2 kali.

ANALISIS GERAK SIKLIS
Variasi musim didasarkan pada gerak siklis atau variasi siklis yang bergerak turun naik disekitar trendnya. Gerak musiman ini sifatnya lengkap selama kurun waktu satu tahun kalender. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gerak musiman ini diantaranya faktor cuaca dan faktor kebiasaan, seperti pola tanam padi, palawija, dan komoditas lainnya. Variasi ini dapat dilukiskan dengan adanya empat kondisi yaitu: kondisi untung, kondisi rugi, kondisi tidak stabil dan kondisi pemulihan keadaan. Kejadian ini secara logis dapat menimbulkan kondisi-kondisi puncak baik tertinggi maupun terendah. 
Untuk lebih memudahkan dalam melakukan analisis data deret waktu, akibat adanya pengaruh keempat faktor di atas, antara lain karena adanya faktor-faktor, seperti:
T untuk menyatakan trend,
S untuk menyatakan gerak siklis,
M untuk menyatakan gerak musiman,
R untuk menyatakan variasi residu (gerak ireguler)

Maka model untuk data deret waktu untuk hasil jualan, dinyatakan dengan persamaan: 
y=TS M R 

Sedangkan untuk data tahunan, biasanya dinyatakan dengan model: 
y =T S R
Hal tersebut didasarkan karena gerak musiman biasanya tidak tercerminkan dalam total tahunan atau rata-rata bulanan setiap tahun.

Angka Relatif dan Angka Indeks

Angka relatif dan atau angka indeks adalah merupakan angka perbandingan yang digunakan untuk menentukan dan melihat terjadinya perubahan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan pembanding dari data waktu dasarnya. 

ANGKA RELATIF
  •  Relatif Harga
  •  Relatif Jumlah
  •  Relatif Nilai

ANGKA  INDEKS
Ada tiga macam angka indeks, yaitu: indeks harga, indeks jumlah dan indeks nilai. 
Pn : Harga pada waktu yang ditentukan
Po : Harga pada waktu dasar 
Qn : Jumlah pada waktu yang ditentukan
Qo : Jumlah pada waktu dasar 

PERUBAHAN WAKTU DASAR
Waktu dasar yang telah ditetapkan sesungguhnya dapat dilakukan perubahan, adapun cara (Langkah) untuk melakukan perubahan antara lain:
Jika data mengenai harga, jumlah dan atau data mengenai nilainya masih lengkap, maka untuk melakukan perubahan waktu dasar dari waktu dasar yang telah ditentukan, caranya hanya melakukan pemindahan angka 100 dari waktu dasar lama ke waktu dasar baru. Jika data yang dipunyai hanya sebatas angka indeksnya saja (tanpa data harga, jumlah maupun nilai
  
INDEKS GABUNGAN TAK TERTIMBANG
Indeks gabungan tak tertimbang (Indeks Agregatif Tak terimbang), umumnya dapat dicari dengan menentukan rata-rata dari indeks-indeks yang membentuk gabungan (Agregatif). Indeks gabungan tak tertimbang ini kepentingan relatifnya berbeda-beda ada yang disebutkan dengan ukuran kg, liter, ikat, butir atau lainnya, dan oleh karena ukuran relatifnya tidak diperhatikan, maka dikatakan sebagai agregatif tak tertimbang. Indeks agregatif tak tertimbang = (8,74/8,18) x 100 = 106,85.

INDEKS GABUNGAN TERTIMBANG
Yang dimaksud dengan Indeks gabungan Tertimbang (Indeks Agreragtif tertimbang) adalah ukuran perbandingan yang didasarkan pada bobot dari setiap elemen barang yang akan diukur. antara lain:
1. Cara Laspeyres (cara dengan menggunakan tahun dasar)
2. Cara Paasche  (cara tahun yang ditentukan)
3. Cara Fisher   (cara keduanya, dikatakan sebagai indeks ideal)
4. Cara Drobisch
5. Cara Marshal Edgeworth

INDEKS LASPEYRES
Perhitungan indeks pada cara Laspeyres ini ditekankan pada jumlah barang (Kuantitas barang) pada waktu dasar sebagai bobot terhadap harga

INDEKS PAASCHE
Perhitungan indeks pada cara Paasche ini ditekankan pada jumlah barang (kuantitas barang) pada waktu yang ditentukan sebagai bobot terhadap harga. 

INDEKS FISHER
Perhitungan indeks pada cara Fisher ini dikatakan sebagai indeks ideal, karena nilai indeks Fisher diperoleh dari akar kuadrat indeks Laspeyres dan indeks Paasche. 

INDEKS DROBISCH
Indeks Drobisch digunakan untuk mengantisipasi penentuan angka indeks, jika indeks Paasche dan indeks Laspeyres terjadi perbedaan yang terlalu jauh angkanya. I

INDEKS MARSHAL-EDGEWORTH
Pada penentuan angka indeks ini lebih ditekankan terhadap bobot dari jumlah pada waktu tertentu dengan bobot dari jumlah pada waktu dasar.

Pengertian Daftar Distribusi Frekuensi

Penyajian data dalam bentuk daftar distribusi frekuensi, adalah dimaksudkan sebagai upaya menyusun urutan data kedalam kelas-kelas interval, untuk kemudian ditentukan jumlah (frekuensinya), berdasarkan data yang sesuai dengan batas-batas interval kelasnya. Banyaknya data atau frekuensi ditiap kelas interval, berdasarkan hasil dari tabulasi data.
Adapun langkah atau cara menetapan frekuensi-frekuensi (jumlah) data dalam tiap interval kelas, untuk kemudian disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi, antara lain seperti berikut:
Tahapan penyusunan data kedalam bentuk daftar distribusi frekuensi:
Pastikan jumlah data yang terhimpun seakurat mungkin
Perhatikan data tertinggi dan data terendah dari himpunan data tersebut
Tetapkan jarak (range), dari himpunan data yang kita punyai:
Jarak (range), yaitu selisih antara data tertinggi dengan data terendah, adapun formulasinya dituliskan sebagai berikut:

( R ) = Xmaks –  Xmin   (data terbesar – data terkecil)………….  II – 1

Merencanakan jumlah kelas (banyak kelas) yang akan digunakan dalam suatu daftar tersebut, biasanya antara 5 sampai dengan 15 kelas, namun demikian jumlah kelas atau banyak kelas dapat pula ditentukan berdasarkan aturan Sturges (ancer-ancer atau kira-kira), dengan formulasi sebagai berikut:       
     b = 1+3,3 log n ………………   II – 2
Langkah berikutnya adalah menentukan panjang kelas (P) pada tiap interval kelas dari daftar  tersebut, dengan formulasi seperti berikut:


Macam-macam Distribusi Frekuensi:

a. Distribusi Frekuensi Relatif
b. Distribusi Frekuensi Kumulatif
c. Distribusi Frekuensi Terbuka
d. Histogram
e. Poligon Frekuensi

Penyajian Data

Di dalam statistika, selain pengumpulan data dan tabulasi data juga dikenal dengan istilah penyajian data, baik dalam bentuk tabel (daftar) maupun dalam bentuk grafik (diagram). 

Grafik (Diagram)
Ada berbagai penyajian data dengan menggunakan tampilan grafik atau diagram, antara lain adalah: Grafik garis, Grafik batang, Grafik lingkaran (pie), Diagram lambang, Diagram peta (kartogram),  dan Diagram pencar serta lainya.

Grafik Garis
Adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk garis, pada diagram ini pada umumnya dibuat untuk garis horizontal yang menunjukkan  waktu dan garis vertikal menunjuk-kan jumlah.

Grafik batang
Grafik batang adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk batangs, pada diagram ini pada umumnya dibuat untuk garis horizontal menunjukkan waktu dan garis vertikal menunjuk-kan jumlah.

Grafik Lingkaran
Grafik Lingkaran adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk lingkaran (pie). Secara umum pada pembuatan grafik ini, data keseluruhan dibentuk secara proporsional dalam sebuah lingkaran (pie), 
  
Diagram Lambang  (Diagram Peta)
Diagram Lambang adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk lambang secara spesifik sesuai dengan kondisi yang ingin disampaikan, misalkan Informasi mengenai perkembangan jumlah hewan ternak, Informasi mengenai jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan lainnya.

Diagram Pencar
Diagram Penca adalah merupakan model penyajian data yang dituangkan dalam bentuk garis, dengan cara menarik garis yang sesuai (bisa linier, kuadratis atau lainnya) berdasarkan penyebaran data yang terjadi. Diagram ini secara umum digunakan pada model persamaan regresi atau model trend.

Variabel dan Skala Pengukuran

Karakteristik-karakteristik yang terdapat pada elemen-elemen dari populasi tersebut bisa disebut sebagai variabel. Informasi (data) yang diperoleh dari hasil pengamatan, dikenal beberapa ukuran (skala), antara lain: Skala Nominal Skala Ordinal, Skala Interval dan Skala Rasio.

Skala Nominal: 
Yang dimaksud dengan skala nominal, yaitu merupakan skala (ukuran) untuk menyatakan informasi atau keterangan dalam bentuk jawaban yang benar secara tertutup dari dua pilihan atau lebih, seperti : Pernyataan jawaban Ya atau Tidak, Siang atau Malam, Laki-laki atau perempuan, asal daerah (Jawa, Bali, Kalimantan atau lainnya), status perkawinan (kawin/tidak kawin), status pendidikan (SD, SLTP, SLTA, D1, D3, S1, S2, atau S3), agama yang dianut oleh responden ( Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu) dan lain sebagainya. 

Skala Ordinal:
Pada skala ini urutan simbol atau kode berupa angka mempunyai arti urutan jenjang bisa dimulai dari yang paling negatip sampai yang paling positif atau dapat juga sebaliknya (Sebagai hierarki), misalnya: sangat baik, baik, cukup baik, jelek dan sangat jelek (masing-masing dengan kode 5, 4, 3, 2, 1 atau sebaliknya 

Skala Interval:
Yang dimaksud dengan Skala Interval, adalah merupakan ukuran yang dibatasi pada interval tertentu, yang termasuk pada skala ini antara lain, ukuran kelembaban udara, suhu badan pada skala Fahrenheit, Celsius, dan Reamur. Ukuran tekanan udara, dan lainnya pada ukuran (skala interval) ini mempunyai aturan skala yang berbeda berdasarkan letak dan jarak serta kondisinya.

Skala Rasio: 
Skala Ratio adalah merupakan skala dengan hierarki yang paling tinggi dibandingkan dengan skala-skala lainnya. Adapun yang dimaksud dengan skala rasio adalah merupakan angka atau bilangan berdasarkan hasil perbandingan (angka relatif), dalam hal ini skala rasio tidak dimulai dari angka nol dan ditentukan berdasarkan konsep kesebandingan (tidak sembarang).

Minggu, 26 September 2010

Variabel dan Skala Pengukuran

Karakteristik-karakteristik yang terdapat pada elemen-elemen dari populasi tersebut bisa disebut sebagai variabel. Informasi (data) yang diperoleh dari hasil pengamatan, dikenal beberapa ukuran (skala), antara lain: Skala Nominal Skala Ordinal, Skala Interval dan Skala Rasio.

Skala Nominal: 
Yang dimaksud dengan skala nominal, yaitu merupakan skala (ukuran) untuk menyatakan informasi atau keterangan dalam bentuk jawaban yang benar secara tertutup dari dua pilihan atau lebih, seperti : Pernyataan jawaban Ya atau Tidak, Siang atau Malam, Laki-laki atau perempuan, asal daerah (Jawa, Bali, Kalimantan atau lainnya), status perkawinan (kawin/tidak kawin), status pendidikan (SD, SLTP, SLTA, D1, D3, S1, S2, atau S3), agama yang dianut oleh responden ( Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu) dan lain sebagainya. 

Skala Ordinal:
Pada skala ini urutan simbol atau kode berupa angka mempunyai arti urutan jenjang bisa dimulai dari yang paling negatip sampai yang paling positif atau dapat juga sebaliknya (Sebagai hierarki), misalnya: sangat baik, baik, cukup baik, jelek dan sangat jelek (masing-masing dengan kode 5, 4, 3, 2, 1 atau sebaliknya 

Skala Interval:
Yang dimaksud dengan Skala Interval, adalah merupakan ukuran yang dibatasi pada interval tertentu, yang termasuk pada skala ini antara lain, ukuran kelembaban udara, suhu badan pada skala Fahrenheit, Celsius, dan Reamur. Ukuran tekanan udara, dan lainnya pada ukuran (skala interval) ini mempunyai aturan skala yang berbeda berdasarkan letak dan jarak serta kondisinya.

Skala Rasio: 
Skala Ratio adalah merupakan skala dengan hierarki yang paling tinggi dibandingkan dengan skala-skala lainnya. Adapun yang dimaksud dengan skala rasio adalah merupakan angka atau bilangan berdasarkan hasil perbandingan (angka relatif), dalam hal ini skala rasio tidak dimulai dari angka nol dan ditentukan berdasarkan konsep kesebandingan (tidak sembarang).

Populasi dan Sampel

POPULASI
Populasi, yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama. Ada dua jenis populasi yaitu populasi terhingga (terbatas jumlahnya) dan populasi takterhingga (tidak terbatas jumlahnya). Cara untuk mendapatkan keterangan (informasi) dari semua anggota populasi dan tanpa kecuali disebut sensus. Pelaksanaan sensus di dalam penelitian jarang dilakukan karena:
  • Faktor biaya operasional yang tinggi;
  • Faktor lamanya waktu yang tersedia;
  • Faktor tingkat akurasi data (ketepatan) perhitungan seringkali tinggi penyimpangannya;
  • Kurang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya

Namun demikian, betapapun cara Sensus banyak sekali kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya, tetapi kelebihan cara Sensus adalah, hasil yang didapatkan merupakan hasil yang sebenarnya.  

SAMPEL
Yang dimaksud dengan sampel, yaitu bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasinya.

Data

Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai  informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa, angka, kata-kata, atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainnya.  
Cara memperoleh data dapaty dilakukan dengan 3 (tiga) hal, antara lain:
0. Data Primer : Langsung dari objek yang dikteliti
1. Data Sekunder : Tidak langsung dari objek yang diteliti (dari Badan yang mengumpulkan data)
2. Data Tersier : Tidak langsung dari objek yang diteliti ( raantainya lebih panjang dari data skunder)

Konsep dan Pengertian Statistika

Proses sosial sebagai pelaksanaan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain: Interaksi dengan metode kualitatif dan interaksi dengan metode kuantitatif. Interkasi dengan menggunakan metode kualitatif, dimaksudkan sebagai suatu cara untuk memberi dan atau mendapatkana informasi dalam bentuk pernyataan “kata sifat”, atau lazimnya dikatakan sebagai bentuk kualitas (tingkatan), baik yang dapat dilihat maupun dirasakan, mjulai dari bentuk, jenis, status, keadaan, rupa, maupun jenjang pendidikan seseorang. seperti: Tinggi, rendah, sedang, hitam, putih, bulat, lonjong, sangat bagus, sangat jelek, enak, cantik, jelek, laki-laki, perempuan, ya, tidak, SD, S3, kawin belum kawin dan lainnya. 

Statistika, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara pengumpulan fakta, pengolahan serta analisis pembuatan keputusan dan penarikan kesimpulan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan pengolahan data yang dilakukan. Statistik, Adalah hasil dari olahan data yang disajikan dalam bentuk informasi, diagram, tabel-tabel, serta lainnya.

Gambaran Akseptor KB AKDR

AKDR Merupakan salah satu alat kontrasepsi berjangka panjang dan efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. setelah penggunaan AKDR berbagai macam keluhan pada akseptor AKDR, walaupun keluhan ini umum terjadi pada awal-awal pemasangan. 
Penelitian ini bertujuan diketahuinya karakteristik akseptor KB AKDR ditinjau dari usia, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan gambaran akseptor KB AKDR ditinjau dari lama pemakaian dan keluhan yang dialami di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan subyek penelitian adalah akseptor KB AKDR di wilayah kerja Puskesmas Yosomulyo sreta obyek penelitian adalah gambaran akseptor KB AKDR tentang umur, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lama pemakaian dan keluhan yang dialami. Populasi penelitiannya sebanyak 395 orang pengambilan sampel yaitu 15% dari jumlah populasi 395 yaitu sebanyak 59 orang dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akseptor KB AKDR berdasarkan umur akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan umur > 30 tahun sebanyak 78%, berdasarkan paritas akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan paritas 2 – 3 sebanyak 66,1%, berdasarkan pekerjaan akseptor KB AKDR yang tertinggi dengan pekerjaan PNS sebanyak 47,5%, berdasarkan tingkat pendidikan akseptor KB AKDR yang tertinggi yaitu perguruan tinggi sebanyak 45,8%, berdasarkan tingkat ekonomi akseptor KB AKDR tertinggi yaitu tingkat ekonomi sedang sebanyak 40,7%, berdasarkan pemakaian akseptor KB AKDR yang tertinggi yaitu lama pemakaian 10 – 20 tahun sebanyak 35,6%, berdasarkan keluhan yang dialami akseptor KB AKDR yang tertinggi adalah nyeri atau mules sebanyak 83,1%. 
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa akseptor KB AKDR banyak mengalami keluhan nyeri/mules. Hal ini biasa terjadi, dan rasa sakit itu akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian AKDR. 

Kata Kunci: Karakteristik (Usia, Paritas, Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Ekonomi), Gambaran (Lama Pemakaian, Keluhan yang Dialami), Akseptor KB AKDR 

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Pengetahuan Ibu Primigravida tentang Kehamilan

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya. Menurut SDKI (2002-2003) AKI di Indonesia sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (www.sdki.indonesia.com.id,2007). Penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi. Sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis. Selain itu  keadaan ibu sejak pra hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilan. (Sarwono Prawirohardjo,2002:6). 
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin juga merupakan masalah besar di negara berkembang dan negara miskin. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Health Organization (WHO)  memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin dan lebih dari 50%  kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah (Sarwono Prawirohardjo,2002:3).
Sampai akhir 2007 jumlah ibu hamil mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk di antaranya program save motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua Safe Motherhood juga cukup baik,yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya perlu ditingkatkan terus. (Sarwono Prawirohardjo, 2002:7)
Dari kebanyakan ibu  primigravida sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, pening dan lain-lain (Ayah Bunda, 2007). Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis

Anda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari Terhadap Ibu Nifas

Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat, karena bayi belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Jika bayi dibasahi dengan air maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karena kondisi tali pusat bayi yang masih basah, di tambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit lagi jika ibu bersalin post sesio secarea atau post vakum. Namun jika mengetahui pedoman penatalaksanaan memandikan bayi yang benar maka hal itu bukanlah pekerjaan yang berat (Dr. Bona Simanungkalit, DH.SM., M.Kes., 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Gambaran Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari terhadap Ibu Nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan.
Subjek dari penelitian ini adalah Ibu Nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan, sedangkan objek penelitiannya adalah Cara Memandikan Neonatus 0-7 hari.
Populasi yang diteliti adalah keseluruhan ibu nifas sebanyak 40 orang, dan sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 40 orang sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi. 
Jenis penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan pelaksanaan cara memandikan neonatus 0-7 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen penelitian berupa cheklist pelaksanaan memandikan neonatus oleh ibu nifas dimana data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pelaksanaan cara memandikan neonatus 0-7 oleh ibu nifas di BPS Dwi Yuni Fitariyanti Tegineneng Lampung Selatan yang termasuk dalam kategori baik sebanyak 8 orang (20%), dalam kategori cukup sebanyak 31 orang (77,50%), dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (2,50%), sedangkan dalam kategori kurang sekali tidak ada.

Kata kunci : Memandikan neonatus 0-7 hari, Ibu Nifas.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan

ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan diberikan setiap saat dan tidak diberikan makanan tambahan lain walau pun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Menurut data profil kesehatan Propinsi Lampung pada tahun 2002 jumlah bayi yang ada sebesar 159. 987 bayi yang diberikan ASI ekslusif hanya 68.527 bayi atau (42,83%). Sebagian besar ibu sudah memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan karena ibu sibuk bekerja dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif. Bayi yang diberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan dapat mengakibatkan resiko jangka panjang dan jangka pendek. Resiko jangka panjang dapat terjadi obesitas, hipertensi arteriosklerosis, alergi. Pada resiko jangka pendek dapat terjadi penurunan produksi ASI, anemia, gastroenteritis dan berbagai penyakit infeksi, seperti diare, batuk, pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernafasan. 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di Desa Banjarrejo Puskesmas Batanghari kab. Lampung Timur.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik analisa menggunakan persentase dan skala ukur ordinal. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara acak sederhana atau sampel random sampling. Subyek penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan dan yang telah memberikan makanan pendamping ASI di Desa Banjarrejo Wilayah Kerja Puskesmas Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan termasuk kategori cukup dengan persentase (58,85%) dan yang termasuk kategori cukup dengan persentase (48,15%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu menyusui di Desa Banjarrejo Wilayah Kerja Puskesmas Batanghari tentang dampak pemberian makanan pendamping ASI pada bayi kurang dari 6 bulan termasuk dalam kategori kurang (58,85%).

Kata kunci : Pengetahuan, ibu menyusui, makanan pendamping ASI

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Gambaran Penyapihan Anak Kurang dari 2 Tahun

Pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, periode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti dan Yenrina, 2000). 
Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak (Nadesul, 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui gambaran penyapihan anak kurang dari 2 tahun di Desa Gondang Rejo 32 B, yang menjadi subyek adalah semua ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah gambaran penyapihan anak kurang dari 2 tahun di Desa Gondang Rejo 32 B. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 45 dan yang dijadikan sampel adalah seluruh jumlah populasi. 
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang Pengetahuan ibu, karakteristik ibu, kehamilan, cara penyapihan dan status gizi anak pada ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun. Data dikumpulkan dan diolah dengan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi sebanyak 27 orang (60%), pendidikan yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTP yaitu sebanyak 19 orang (42,22%), pekerjaan  yang paling banyak adalah petani sebanyak 23 orang (51,1%), kehamilan yang paling banyak adalah ibu tidak hamil pada saat menyusui sebanyak 41 orang (91,11%), cara penyapihan yang paling banyak adalah dengan cara metode bertahap sebanyak 38 orang (84,44%), setatus gizi balita yang paling banyak adalah berat badan balita berada pada garis kuning sebanyak 26 orang (57,78%). 

Kata Kunci : Penyapihan, kurang dari 2 tahun

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Gambaran Akseptor KB Metode Operatif Pria (MOP)

Pengembangan metode kontrasepsi pria masih jauh tertinggal karena adanya hambatan-hambatan yang ditemukan antara lain kesulitan dalam memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi, hambatan medis yang berupa ketersediaan alat maupun ketersediaan tenaga kesehatan, selain itu juga adanya rumor yang beredar di masyarakat mengenai alat kontrasepsi sehingga hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan metode kontrasepsi (BKKBN, 2001).
Tujuan dalam penelitian ini adalah diketahuinya gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB berdasarkan pengetahuan,  karakteristik suami (pendidikan, ekonomi), alasan ikut KB MOP, keluhan di Puskesmas Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat Tahun 2007.
Penelitian ini adalah penelitian deskritif dengan obyek penelitian; gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB MOP. Subyek penelitiannya suami yang menjadi akseptor KB MOP di wilayah kerja Puskesmas  Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat yang berjumlah 20 akseptor. Populasi yang digunakan adalah seluruh suami yang memakai MOP yang berjumlah 20 akseptor dan sampel yang dipakai adalah 20 akseptor karena populasi < 100 maka sampel diambil semua. (Arikunto, 2006). Alat ukur yang digunakan angket dan kuesioner. 
Berdasarkan hasil analisa data tentang gambaran keikutsertaan suami menjadi akseptor KB MOP diperoleh pengetahuan suami sebesar 9 akseptor (40%) atau dalam kategori kurang, berdasarkan tingkat pendidikan suami PUS yang terbanyak adalah 13 akseptor (65%) termasuk dalam jenjang pendidikan dasar, berdasarkan alasannya suami mengikuti KB MOP yang terbanyak adalah anak > 4 sebanyak 12 akseptor (60%) dan sebanyak 18 akseptor (90%) akseptor tidak mempunyai keluhan selama memakai MOP. 
Kesimpulannya adalah secara keseluruhan keikutsertaan suami dalam mengikuti akseptor KB MOP berdasarkan pengetahuan yang kurang tentang aksptor KB MOP. Akseptor memakai KB MOP mempunyai alasan sendiri anak > 4 serta selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut tidak memiliki keluhan.

Kata Kunci : Keikutsertaan, Akseptor KB MOP

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Minggu, 19 September 2010

Karakteristik Ibu yang Memeriksakan PAP Smear di Rumah Sakit

Hingga saat ini kanker serviks uteri masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker serviks uteri terbanyak kedua setelah kanker payudara. Penyakit kanker dapat menyerang semua masyarakat tanpa mengenal status sosial maupun umur. Berdasarkan data pap Smear di Laboratorium Sitologi RSAM Bandar Lampung pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 menunjukan angka penurunan. Yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang dan tahun 2007 sebanyak 293 orang.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM berdasarkan umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan penggunaan alat kontrasepsi yang dipakai ibu pada saat memeriksakan pap smear.
Subyek penelitian ini adalah Ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Tahun 2007. Obyek penelitian ini adalah karakteristik Ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sample 240 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dari data rekam medik dan dikelompokan dalam chek list. Pengolahan data dengan analisa univariat.

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear berdasarkan umur yang terbanyak adalah usia < 40 tahun yaitu 134 responden (55,8%), ditinjau dari tingkat pendidikan yang terbesar adalah tingkat perguruan tinggi yaitu 95 responden (39,6%), ditinjau dari status perkawinan semua responden berstatus kawin (100%), ditinjau dari lamanya perkawinan yang terbanyak  pada responden dengan lama perkawinan < 10 tahun yaitu 137 responden (57,1%), ditinjau dari paritas yang terbanyak pada paritas 4-5 kali yaitu 126 responden (52,5%) sedangkan ditinjau dari penggunaan alat kontrasepsi yang terbanyak yaitu ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu 147 responden (61,3%).
Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa karakteristik Ibu yang memeriksakan Pap Smear adalah ibu yang sudah menikah, berumur < 40 tahun, berpendidikan perguruan tinggi, berstatus kawin, lama perkawinan < 10 tahun, paritas 4-5 kali, dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Pemeriksaan Pap Smear.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe

Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, dkk., 2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007) dan juga  konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007). 
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang  mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Subjek dari penelitian ini adalah Ibu hamil yang mengkonsuksi tablet Fe dan Objek penelitiannya adalah karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik ibu hamil yang  mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angkat berupa format pengumpulan data. 
Hasil penelitian menggambarkan karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe terbanyak adalah berumur 20-35 tahun dengan jumlah 34 responden (53,12%), berpendidikan sedang (SMA) dengan jumlah 41 responden (64,06%), tingkat ekonomi sedang dengan jumlah 44 responden (68,75%), dan paritas ibu primi dengan jumlah 34 responden (53,13%).
Kesimpulan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur tahun 2008 sebagian besar adalah ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, berpendidikan sedang (SMA sederajat), dengan tingkat ekonomi sedang (Rp. 750.000 - Rp. 1.400.000), dan ibu-ibu dengan paritas 1 orang anak (primigravida). 

Kata Kunci :  Ibu Hamil, Tablet Fe. 

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Proses Pertolongan Persalinan

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca salin/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan pencegahan infeksi di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008 yang terdiri dari prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, pengelolaan sampah medik.
Subjek penelitian ini adalah bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang, yang berjumlah 6 orang yang seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi mengguakan alat bantu berupa chek list dan pengukurannya menggunakan skala nominal dengan perhitungan persentase dan nilai rata-rata.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penatalaksanaan prosedur cuci tangan ada 2 responden (33,3%) dengan kategori baik, dan 4 responden (66,7%) dengankategori kurang. Dari 5 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang prosedur cuci tangan yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 5 langkah penatalaksanaan (100%).

Penatalaksanaan pemakaian sarung tangan  ada 4 responden (66,7%) dengan kategori baik dan 2 responden (33,3%) dengankategori kurang. Dari 5 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemakaian sarung tangan yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 5 langkah penatalaksanaan (100%)

Penatalaksanaan pengelolaan cairan antiseptik ada 2 responden (33,3%) dengan kategori baik, dan 4 respoden (66,7%) dengan kategori kurang. Dari 9 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan cairan antiseptik yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 3 langkah penatalaksanaan (33,3%) dan yang tidak dilakukan ada 6 langkah penatalaksanaan (66,7%)

Penatalaksanaan pemprosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi ada 4 responden (66,7%) dengan ketegori baik dan 2 responden (33,3%) dengankategori kurang. Dari 15 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemrosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 4 langkah penatalaksanaan (26,7%) dan yang tidak dilakukan ada 11 langkah penatalaksanaan (73,3%).

Penatalaksanaan pengelolaan sampah medik ada 1 responden (16,7%) dengan kategori baik dan 5 responden (83,3%) dengan kategori kurang. Dari 10 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan sampah medik yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 3 langkah penatalaksanaan (30%) dan yang tidak dilakukan ada 7 langkah penatalaksanaan (70%)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalianan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008 telah dilakukan dengan baik

Kata Kunci : Penatalaksanaan, Pencegahan infeksi

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil

Selama kehamilan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu memerlukan perhatian ekstra. Hal-hal yang memerlukan perhatian itu antara lain nutrisi, persiapan laktasi, pemeriksaan kehamilan yang teratur, peningkatan kebersihan diri dan lingkungan, kehidupan sexual, istirahat dan tidur, menghentikan kebiasaan yang merugikan kesehatan dan berpengaruh terhadap janin (seperti merokok) melaksanakan pergerakan dan senam hamil. Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu hamil. Latihan-latihan pada senam hamil dirancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan. Dari hasil hasil pra survey dengan melakukan wawancara terhadap 10 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan didapatkan bahwa mereka mengatakan belum memahami tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan, manfaat,  persyaratan, dan tata cara senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur Tahun 2006. 
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekalongan. Sedangkan objek penelitiannya adalah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil. Total populasi pada penelitian ini yaitu 771 ibu hamil, sedangkan sampel yang diambil adalah 42 responden. Alat pengambilan data yang digunakan adalah lembar kuesioner yang terdiri dari 4 sub pertanyaan, yaitu tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur tahun 2006 tentang tujuan senam hamil termasuk dalam kategori baik (52,38%), manfaat senam hamil kategori cukup (45,24%) syarat melakukan senam hamil kategori cukup (57,14%), tata cara senam hamil kategori cukup (64,29%).  Kesimpulan secara umum dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur tahun 2006 dalam kategori cukup (64,29%).

Kata Kunci : Pengetahuan, Senam hamil

nda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

1) Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999). Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.

2) Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 1998).Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000). Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnese, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T.

3) Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999).

4) Sosial ekonomi
Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal serta penggunaan Sarana Kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sitorus, 1999).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partus Lama

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan tentu saja bergantung pengawasan selagi hamil, pertolongan persaiinan yang baik dan penatalaksanaannya (Mochtar, 1998). Faktor terjadinya partus lama di bagi menjadi dua yaitu faktor penyebab dan faktor resiko, faktor penyebab: his, mal presentasi dan mal posisi, janin besar, panggul sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi fetovelvik, dan ketuban pecah dini, dan faktor resiko: analgesik dan anastesis berlebihan, paritas, usia, wanita dependen, respons stres, pembatasan mobilitas, dan puasa ketat (Oxorn, 1996).

a.  His tidak efisien (adekuat)
Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction (Wiknjosastro, 2005). Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.

b. Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama atau partus macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks. Sedangkan malposisi merupakan posisi kepala janin relatif terhadap pelvis depan oksiput sebagai titik referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan tidak teratur.
Letak janin dalam uterus terjadi pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air ketuban relatif banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempati diri dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya mal posisi di antaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, placenta previa dan panggul sempit, juga dapat disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan letak uterus (Wiknjosastro, 2002 ).

c. Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan. Selain itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan partus lama.

d.  Disproporsi fetovelvik
Disproporsi fetopelfik adalah ketidak mampuan janin untuk melewati panggul. Disproporsi dapat absolut atau relati£ Absolut apabila janin sama sekali tidak akan dengan selamat melewati jalan lahir. Disproporsi relatif terjadi apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, keionggaran jaringan lanak, letak, presentasi dan kedudukan janin yang menguntungkan, dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan moulage. Sebaliknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku, kedudukan abnormal, dan ketidak mampuan kepala untuk mengadakan moulage sebagaimana mestinya, semuanya dapat menyebabkan persalinan menjadi lama, bahkan kemungkinan besar persalinan vaginal tidak mungkin.

e.  Kerja uterus yang tidak efisien
Kemajuan persalinan yang lambat sering kali disebabkan oieh kontraksi uterus yang tidak efisien. Jika tidak terdapat kontraksi yang efektif, penurunan bagian presentasi janin akan berlangsung lambat. Praktik prestriksi makanan dan cairan pada ibu bersalin dapat memberikan efek yang buruk pada kontraksi karena otot memerlukan suplai energi yang adekuat untuk berkontraksi secara efektif. Ambulasi dapat meningkatkan aktivitas uterus yang lebih efektif.

f.  Usia
Usia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan.  Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula. Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin, 2009).

g.  Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama menurut Moechtar (1998) adalah kelainan his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat persalinan. Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berperitas tinggi.

h.  Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum mendatar.
Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat tidak pernah memperpanjang persalinan. Akan tetapi, apabila kantong ketuban pada saat serviks masih panjang, keras dan menutup, maka sebelum dimulainya proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini dipengaruhi dimana ketika terjadi kesempitan pintu atas panggul (PAP) yang akhirnya berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks lamban dan seringkali tidak lengkap. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidak mampuan serviks untuk membuka secara lancar dan cepat, disamping kontraksi rahim yang tidak efisien pada akhirnya akan terjadi partus lama.

i.  Analgesik dan anastesis yang berlebihan dalam fase leten
Kadang-kadang besar gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen sangat menurun sehingga pelahiran pervaginan spontan tidak terjadi. Sedasi berat atau analgesia epidural yang berlebihan cenderung mengurangi refleks keinginan untuk mengejan terlebih mengingat saat fase laten keadaan portio masih tebal dengan pembukaan kurang dari 4cm. Hai ini akan menyebabkan portio bertambah lama untuk menipis sehingga pembukaan menjadi semakin lamban. Analgesia epigural menurunkan kadar oksitosin alamiah dan merelaksasikan otot dasar pelvis yang normalnya keras. Bentuk penghilangan nyeri ini berhubungan dengan penurunan kontraksi dan peningkatan penggunaan oksitosin intravena (IV). Epidural meningkatkan insiden malrotasi, persalinan lama dan intervensi yang bersangkutan.

j.  Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan
Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan merupakan calon persalinan lama. Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistik yang kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya.

k. Respons stres
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.

l. Pembatasan mobilitas dan postur semi-rekumben
Percobaan cochrane review (Gupta dan Nikodem, 2002) mengemukakan bahwa imobilitas atau posisi terlentang memiliki beberapa efek sampling yaitu sebagai berikut :
1)    Penurunan kadar sirkulasi oksitosin alamiah
2)    Berefek buruk terhadap kontraksi dan juga kemajuan persalinan mengakibatkan rata-rata persalinan lama.
3)    Peningkatan penggunaan oksitosin untuk augmentasi
4)    Posisi terlentang dapat berakibat kala dua persalinan memanjang
5)    Ibu merasakan kontraksi lebih menyakitkan pada kala dua bila berbaring terlentang.

m. Puasa ketat
Beberapa klinisi merekomendasikan puasa dalam persalinan karena kekhawatiran mereka mengenai bahaya aspirasi lambung. Aspirasi lambung adalah masalah yang berhubungan dengan tekhnik anastesi buruk saat diberikan anastesi umum dan bukan karena adanya makanan dalam lambung. Puasa ketat pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan lama, diagnosis distosia, dan sederet interfensi yang berkulminasi pada kelahiran sesar (Leveno, 2009)

Penetapan Kadar HB

Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin.
Metode Sahli
Dasar Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar.
Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler hemometer sahli, yang terdiri atas:
1)    tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22 (atas)
2)    Dua tabung standar warna
3)    Pipet Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
4)    Pipet HCl
5)    Botol tempat aquadest dan HCl 0, IN
6)    Batang pengaduk (dari glass)
7)    Larutan HCl 0,1 N 8) aquadest
Nilai Normal menurut Dacie
1)    Dewasa laki-laki : 13,5 - 18,0 gr%
2)    Dewasa wanita : 11,5 - 16,5 gr%
3)    Bayi (< 3bln) : 13,6 - 19,6 gr%
4)    Umur 1 tahun : 11,0 - 13,0 gr%
5)    umur 12 tahun :11,5 - 14,8 gr%

Metode Oksihemoglobin
Metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri. Tetapi keterandalan ini tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma. Kerugiannya standar oksihemoglobin tidak stabil. Darah dicampur dengan larutan Natrium Karbonat 0,1% atau amoium hidroksida dan dikocok terjadi oksihemoglobin, intensitas warnanya diukur secara spektofotometrik.

Metode Sianmethemoglobin
Ferrosianida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk yang diukur fotometrok 540 nm. Kalium-hidrogen-fosfat digunakan agar pH tetap di mana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

Pengobatan Anemia dalam Kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasti. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai keposyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli bebas (Manuaba, 1988). Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi oral dan parenteral : 
  1. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi sulfat, fero gluconat atau noferobisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% /bulan. Kini program nasional mengajurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia.
  2. Pemberian preparat parental yaitu dengan forum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intervena atau 2 x 10 ml/im. Pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 gr % pemberian parenteral ini mempunyai indikasi. Intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. (Prawirohardjo, 2006 : 292)

Gambaran Perilaku Orang Tua terhadap Anak Balita Penderita Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Angka paling mencolok pada balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya. Terjadi gizi buruk salah satu penyebabnya adalah faktor perilaku orangtua. Meskipun ada upaya mengatasi gizi buruk namun masih belum tuntas. Karena Itu merupakan tantangan dalam bidang kesehatan, sehingga tertarik untuk meneliti ”Gambaran perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2009”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku orangtua terhadap balita penderita gizi buruk. Menggunakan metode total sampel 56 orangtua yang mempunyai anak balita penderita gizi buruk. Hasil penelitian umumnya pendidikan orangtua tidak tamat SD 50,0%, sebagian besar pekerjaan orangtua sebagai nelayan/tani 89,3%, penghasilan orangtua mayoritas di bawah UMR Aceh 80,4%, pengetahuan orangtua sebagian besar rendah 48,2%, sikap orangtua sebagian besar kurang baik 64,3%, sebagian mengakui ada tradisi 46,4%, ketersediaan pangan orangtua cukup 91,1%, dukungan fasilitas kesehatan tinggi 83,9%, dukungan petugas kesehatan tinggi 64,3% dan tindakan orangtua rendah 76,8%.
Disarankan kepada Pemda dan Dinas Kesehatan hendaknya lebih memperhatikan masalah gizi buruk pada wilayah kerja Puskesmas. Perlu adanya proaktif petugas kesehatan setempat memberikan penyuluhan gizi. Kepada orangtua diharapkan memberikan makananan bergizi untuk balita tanpa mengharap bantuan
pemerintah.

Kata kunci : Gizi Buruk, Balita, Gambaran Perilaku, Orangtua, Abdya

Malnutrition is one of the nutrition problems in Indonesia, including in Aceh Province. The most striking figures in severely malnourished infants in the district of Aceh Barat Daya. Malnutrition occurs one factor causes a parent's behavior. Although there are efforts to overcome malnutrition but still not finished. Because It
is a challenge in the health field, so interested in studying "The picture of the behavior of parents of children under five severely malnourished in Southwest Aceh district in 2009".
This study is descriptive, with the aim to find a picture of parental behavior severely malnourished infants. Using the method of the total sample of 56 parents who have children under five severely malnourished. The results generally are not a parent education 50.0% complete primary school, most parents work as fishermen / farmers 89.3%, the majority of parents earning below minimum wage 80.4% of Aceh, most of the parents knowledge low 48.2%, being a parent most of the poor 64.3%, admitted there was some 46.4% traditions, food availability is 91.1% parents, health facility support high 83.9%, high health support 64.3%, and 76 low parental actions, 8%. Recommended to the Government and the Public Health Service should pay more attention to the problem of malnutrition in Puskesmas working area. There needs to be proactive local health workers provide nutritional counseling. Parents are expected to provide nutritious food for infants makananan without expecting government assistance.

Keywords: Malnutrition, Toddlers, Preview Behavior, Parents, Abdya.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan terutama untuk bayi di atas umur enam bulan yang sudah memerlukan makanan tambahan bergizi. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya karena seorang bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI lebih sedikit, menyebabkan risiko terjadi infeksi pada bayi meningkat, selain itu tidak ditemukan bukti bahwa pemberian makanan tambahan pada usia empat atau enam bulan lebih menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif untuk kesehatan bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan adalah faktor pengetahuan ibu (P = 0,002), faktor petugas kesehatan (P = 0,009), faktor iklan (P = 0,012), faktor kebudayaan (P = 0,019).
Disarankan kepada ibu-ibu lebih berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan lebih selektif dalam memilih dan mengikuti iklan-iklan produk makanan tambahan, serta tenaga kesehatan diharapkan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci : Pemberian Makanan Tambahan (PMT), bayi

ANDA tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Minggu, 12 September 2010

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang terjadi pada bayi dan anak terutama sering terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Bahkan dalam keadaan kekurangan gizi seseorang akan lebih rentan terhadap infeksi.Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa di Indonesia penyakit infeksi yaitu ISPA dan diare merupakan penyebab kematian dua tertinggi pada balita dengan PMR 19 % dan 10%.
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Tahun 2010 dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit infeksi pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 60 bulan yang berdomisili di Desa Mangkai Baru Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Sampel yang dibutuhkan 110 orang diambil secara purposive yaitu semua anak balita di Dusun III. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian penyakit infeksi pada anak balita dalam 1 bulan adalah 69,1%. Hasil analisis bivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna dengan terjadinya penyakit infeksi pada anak balita yaitu pendidikan ibu rendah (RP=2,465; p=0,000), ibu yang bekerja (RP=0,687; p=0,018). Tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,410), jenis kelamin anak balita (p=0,110), berat badan lahir (p=0,827),status imunisasi (p=0,754), ASI Eksklusif (p=0,225), jarak kelahiran (p=0,073), kepadatan hunian (p=0,204), ketersidiaan jamban (p=0,923), dan sanitasi lingkungan (p= 0,794) dengan kejadian penyakit infeksi. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa hanya pendidikan ibu yang rendah yang berhubungan. Persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = -3,341 +2,052X1. Petugas Puskesmas diharapkan lebih aktif dalam meningkatkan pengetahuan para ibu tentang perawatan kesehatan anak melalui penyuluhan. 
Kata kunci: penyakit infeksi, cross sectional, faktor yang berhubungan


Infection disease is one of the major causes of pains and mortality on infant and children, especially in developing countries include Indonesia. Even, individual will be more susceptible to infection in the malnutrition condition. National Household Survey showed that Acute Respiratory Infection disease (ARI) and diarrhea caused top both of death in under five children with Proportional Mortality Rate (PMR) 19 and 10% . Analytical research with cross sectional design was taken place in Mangkai Baru, Lima Puluh on 2010, in order to analyze the some factors that related with infection disease in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 60 months in Mangkai Baru, Lima Puluh. The sample was taken by purposive in dusun III. The results of this research got prevalence of infection diseases in a month was 69,1%.The result of bivariate analysis showed a huge relation among mother’s education (RP=2,465; p=0,000), mother job (RP=0,687; p=0,018) with infection diseases. There is no relation among age (p=0,410), sex (p=0,110), born with low weight (p=0,287), state immunization (p=0,754), exlusive breast milk (p=0,225), dintence of birth (p=0,073), population density (p=0,204), existence of toilet (p=0,923), environment sanitation (p= 0,794) with infectious diseases. The result of multivariat analysis got low mother education was related factor to infection diseases in under five age children. The formula wasY = -3,341+2,052X1 . The employee of public health center should be active to improve mother’s knowledge especially in children’s health care by conseling. 

Keywords: infectious diseases, cross sectional, related factor

ANDA tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Faktor-faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif

ASI eksklusif merupakan nutrisi yang terbaik bagi bayi dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI eksklusif akan membantu pertumbuhan yang adekuat dalam 6 bulan pertama untuk mencapai status gizi yang baik. Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif adalah faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor pekerjaan, faktor estetika, faktor petugas kesehatan, faktor iklan dan faktor budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini menggunakan desain statistik deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 30 orang selama tahun 2008, pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009 dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan untuk menentukan faktor yang paling dominan yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif dengan metode regresi berganda melalui program komputerisasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang paling dominan adalah faktor iklan dengan nilai koefisien (B) sebesar 3,090, faktor budaya sebesar 2,675, dan faktor pengetahuan sebesar 2, 176.

Kata Kunci : Faktor- Faktor Penghambat ASI Eksklusif


ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS .......
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian pada balita di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan catatan bulanan P2 ISPA Dinas Kesehatan Kabupaten Nias yang wilayah kerjanya Kelurahan Ilir didapatkan bahwa rata-rata realisasi penemuan penderita batuk bukan pneumonia setiap bulannya sebesar 20,22% pada tahun 2006
dan 49,64% pada tahun 2007.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain Cross-Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang ada di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli dan sampelnya adalah diambil secara purposive yaitu balita termuda dari keluarga yang tinggal di lingkungan 6, 7, dan 8 yang berjumlah 157 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik.
Dari hasil penelitian didapatkan prevalens rate ISPA pada balita di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 sebesar 79,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 17 variabel yang diteliti, terdapat 7 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita yaitu : status gizi (p=0,015), ASI eksklusif (p=0,011), status imunisasi (p=0,007), pendapatan keluarga (p=0,023), kelembaban ruangan (p=0,005), ventilasi rumah (p=0,000), kepadatan hunian rumah (p=0,037).
Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa faktor dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 adalah ventilasi rumah, pendapatan keluarga, dan status ASI eksklusif. Dengan diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA pada balita di wilayah Kelurahan Ilir Gunungsitoli ini maka diharapkan kepada Kepala Lurah dan Kepala Puskesmas setempat untuk meningkatkan penyuluhan tentang gizi yang baik, ASI eksklusif, imunisasi, dan persyaratan rumah sehat. Bagi keluarga yang pendapatan keluarganya rendah supaya meningkatkan taraf hidupnya, dan bagi yang kelembaban, suhu, ventilasinya kurang baik supaya memperbaikinya, membuka jendela dan pintu setiap pagi, untuk rumah yang padat penghuninya supaya menyiapkan kamar yang cukup luas untuk anak balitanya.

Kata Kunci : ISPA, Balita, Faktor Berhubungan

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Faktor- faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan KB IUD

Dalam paradigma baru program KB sangat ditekankan pada pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya adalah IUD yang merupakan salah satu metode kontrasepsi non hormonal yang efektif dengan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama. Namun kenyataannya di Indonesia alat kontrasepsi yang lebih populer adalah kontrasepsi hormonal, padahal pemakaian kontrasepsi jangka panjang dapat terjadi risiko, salah satunya terkena osteoporosis. Banyak faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan KB IUD.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seliruh wanita PUS yang ber-KB di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan dan sampel penelitian berjumlah 140.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi wanita PUS dalam penggunaan KB IUD adalah faktor pengetahuan ibu (p = 0,008), faktor sikap ibu (p = 0,000), faktor partisipasi suami (p = 0,011) dan faktor pelayanan KB (p = 0,000).
Disarankan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan KB harus memiliki skil yang terampil sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dan turut menyertakan suami dalam memberikan penyuluhan agar dapat memilih IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien.

Kata kunci : Wanita PUS, Penggunaan KB IUD,


In the new paradigm of family planning/KB programs is emphasized on the importance of efforts to respect the reproductive rights as an integral effort in improving the quality of the family. There are a variety of contraceptive options, one of the options is IUD which is one of non-hormonal contraceptive methods are effective with a one-time installation for a long time. But the reality in Indonesia, the more popular contraception is hormonal contraception, although in long-term contraception risks can occur, one of them is osteoporosis. Many factors affect the participation of women of reproductive age couples (EFA)/PUS in the use of Family Planning IUD.
This study is a survey research with descriptive analytic design which aimed to identify factors that influence the participation of EFA/PUS women use an IUD Family Planning in Tanjung Rejo Village Percut Sei Tuan Sub District in 2010. The study population were all EFA/PUS women who joined KB that were in the village of Tanjung Rejo Percut Sei Tuan sub district and samples consist of 140 people.
The results obtained showed that the factors that affect EFA/PUS women use an IUD KB is the mothers knowledge factor (p = 0.008), mothers attitude factors (p = 0.000), husband participation factor (p = 0.011) and family planning/KB service factor (p = 0.000).
Suggested to the health and family planning/KB field officers must have good skills according to the standards in providing services and counseling to enhance knowledge and attitude of the mother and also make the husband include in counseling so that they both can be able to choose an efficient and effective contraception. 

Keywords: EFA/PUS Women, Use of KB IUD

Tertarik untuk melakukan penelitian dengan permasalahan yang sama 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI DI