Minggu, 19 September 2010

Karakteristik Ibu yang Memeriksakan PAP Smear di Rumah Sakit

Hingga saat ini kanker serviks uteri masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker serviks uteri terbanyak kedua setelah kanker payudara. Penyakit kanker dapat menyerang semua masyarakat tanpa mengenal status sosial maupun umur. Berdasarkan data pap Smear di Laboratorium Sitologi RSAM Bandar Lampung pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 menunjukan angka penurunan. Yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang dan tahun 2007 sebanyak 293 orang.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM berdasarkan umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan penggunaan alat kontrasepsi yang dipakai ibu pada saat memeriksakan pap smear.
Subyek penelitian ini adalah Ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Tahun 2007. Obyek penelitian ini adalah karakteristik Ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sample 240 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dari data rekam medik dan dikelompokan dalam chek list. Pengolahan data dengan analisa univariat.

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear berdasarkan umur yang terbanyak adalah usia < 40 tahun yaitu 134 responden (55,8%), ditinjau dari tingkat pendidikan yang terbesar adalah tingkat perguruan tinggi yaitu 95 responden (39,6%), ditinjau dari status perkawinan semua responden berstatus kawin (100%), ditinjau dari lamanya perkawinan yang terbanyak  pada responden dengan lama perkawinan < 10 tahun yaitu 137 responden (57,1%), ditinjau dari paritas yang terbanyak pada paritas 4-5 kali yaitu 126 responden (52,5%) sedangkan ditinjau dari penggunaan alat kontrasepsi yang terbanyak yaitu ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu 147 responden (61,3%).
Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa karakteristik Ibu yang memeriksakan Pap Smear adalah ibu yang sudah menikah, berumur < 40 tahun, berpendidikan perguruan tinggi, berstatus kawin, lama perkawinan < 10 tahun, paritas 4-5 kali, dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Pemeriksaan Pap Smear.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe

Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, dkk., 2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007) dan juga  konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007). 
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang  mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Subjek dari penelitian ini adalah Ibu hamil yang mengkonsuksi tablet Fe dan Objek penelitiannya adalah karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik ibu hamil yang  mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur Tahun 2008. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angkat berupa format pengumpulan data. 
Hasil penelitian menggambarkan karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe terbanyak adalah berumur 20-35 tahun dengan jumlah 34 responden (53,12%), berpendidikan sedang (SMA) dengan jumlah 41 responden (64,06%), tingkat ekonomi sedang dengan jumlah 44 responden (68,75%), dan paritas ibu primi dengan jumlah 34 responden (53,13%).
Kesimpulan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe di Kelurahan Hadimulyo Timur tahun 2008 sebagian besar adalah ibu hamil yang berumur 20-35 tahun, berpendidikan sedang (SMA sederajat), dengan tingkat ekonomi sedang (Rp. 750.000 - Rp. 1.400.000), dan ibu-ibu dengan paritas 1 orang anak (primigravida). 

Kata Kunci :  Ibu Hamil, Tablet Fe. 

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Proses Pertolongan Persalinan

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca salin/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan pencegahan infeksi di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008 yang terdiri dari prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, pengelolaan sampah medik.
Subjek penelitian ini adalah bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini bidan dan perawat yang terlibat pada proses pertolongan persalinan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang, yang berjumlah 6 orang yang seluruhnya dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi mengguakan alat bantu berupa chek list dan pengukurannya menggunakan skala nominal dengan perhitungan persentase dan nilai rata-rata.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penatalaksanaan prosedur cuci tangan ada 2 responden (33,3%) dengan kategori baik, dan 4 responden (66,7%) dengankategori kurang. Dari 5 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang prosedur cuci tangan yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 5 langkah penatalaksanaan (100%).

Penatalaksanaan pemakaian sarung tangan  ada 4 responden (66,7%) dengan kategori baik dan 2 responden (33,3%) dengankategori kurang. Dari 5 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemakaian sarung tangan yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 5 langkah penatalaksanaan (100%)

Penatalaksanaan pengelolaan cairan antiseptik ada 2 responden (33,3%) dengan kategori baik, dan 4 respoden (66,7%) dengan kategori kurang. Dari 9 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan cairan antiseptik yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 3 langkah penatalaksanaan (33,3%) dan yang tidak dilakukan ada 6 langkah penatalaksanaan (66,7%)

Penatalaksanaan pemprosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi ada 4 responden (66,7%) dengan ketegori baik dan 2 responden (33,3%) dengankategori kurang. Dari 15 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemrosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 4 langkah penatalaksanaan (26,7%) dan yang tidak dilakukan ada 11 langkah penatalaksanaan (73,3%).

Penatalaksanaan pengelolaan sampah medik ada 1 responden (16,7%) dengan kategori baik dan 5 responden (83,3%) dengan kategori kurang. Dari 10 langkah penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan sampah medik yang diobservasi pada 6 responden rata-rata responden sudah melakukan 3 langkah penatalaksanaan (30%) dan yang tidak dilakukan ada 7 langkah penatalaksanaan (70%)
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalianan di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang Tahun 2008 telah dilakukan dengan baik

Kata Kunci : Penatalaksanaan, Pencegahan infeksi

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Senam Hamil

Selama kehamilan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu memerlukan perhatian ekstra. Hal-hal yang memerlukan perhatian itu antara lain nutrisi, persiapan laktasi, pemeriksaan kehamilan yang teratur, peningkatan kebersihan diri dan lingkungan, kehidupan sexual, istirahat dan tidur, menghentikan kebiasaan yang merugikan kesehatan dan berpengaruh terhadap janin (seperti merokok) melaksanakan pergerakan dan senam hamil. Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu hamil. Latihan-latihan pada senam hamil dirancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan. Dari hasil hasil pra survey dengan melakukan wawancara terhadap 10 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan didapatkan bahwa mereka mengatakan belum memahami tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan, manfaat,  persyaratan, dan tata cara senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur Tahun 2006. 
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pekalongan. Sedangkan objek penelitiannya adalah gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil. Total populasi pada penelitian ini yaitu 771 ibu hamil, sedangkan sampel yang diambil adalah 42 responden. Alat pengambilan data yang digunakan adalah lembar kuesioner yang terdiri dari 4 sub pertanyaan, yaitu tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam melakukan senam hamil.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur tahun 2006 tentang tujuan senam hamil termasuk dalam kategori baik (52,38%), manfaat senam hamil kategori cukup (45,24%) syarat melakukan senam hamil kategori cukup (57,14%), tata cara senam hamil kategori cukup (64,29%).  Kesimpulan secara umum dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pekalongan Lampung Timur tahun 2006 dalam kategori cukup (64,29%).

Kata Kunci : Pengetahuan, Senam hamil

nda tertarik Untuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

1) Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003). Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat badannya (Sitorus, 1999). Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.

2) Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 1998).Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000). Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnese, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T.

3) Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999).

4) Sosial ekonomi
Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil, kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal serta penggunaan Sarana Kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) (Sitorus, 1999).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partus Lama

Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks dan tentu saja bergantung pengawasan selagi hamil, pertolongan persaiinan yang baik dan penatalaksanaannya (Mochtar, 1998). Faktor terjadinya partus lama di bagi menjadi dua yaitu faktor penyebab dan faktor resiko, faktor penyebab: his, mal presentasi dan mal posisi, janin besar, panggul sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi fetovelvik, dan ketuban pecah dini, dan faktor resiko: analgesik dan anastesis berlebihan, paritas, usia, wanita dependen, respons stres, pembatasan mobilitas, dan puasa ketat (Oxorn, 1996).

a.  His tidak efisien (adekuat)
Keadaan umum penderita biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction (Wiknjosastro, 2005). Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.

b. Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama atau partus macet. Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks. Sedangkan malposisi merupakan posisi kepala janin relatif terhadap pelvis depan oksiput sebagai titik referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung lelah dan tidak teratur.
Letak janin dalam uterus terjadi pada proses adaptasi janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air ketuban relatif banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempati diri dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya mal posisi di antaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, placenta previa dan panggul sempit, juga dapat disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan letak uterus (Wiknjosastro, 2002 ).

c. Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit untuk berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan termasuk gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya pertumbuhan. Selain itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada lambannya kemajuan persalinan, karena akibat servik yang kaku akan menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan berdampak pada lamanya pembukaan. Adanya tumor juga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di organ reproduksi khususnya pada jalan lahir tentunya akan menghalangi proses lahirnya bayi yang kemungkinan besar akan mengakibatkan partus lama.

d.  Disproporsi fetovelvik
Disproporsi fetopelfik adalah ketidak mampuan janin untuk melewati panggul. Disproporsi dapat absolut atau relati£ Absolut apabila janin sama sekali tidak akan dengan selamat melewati jalan lahir. Disproporsi relatif terjadi apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, keionggaran jaringan lanak, letak, presentasi dan kedudukan janin yang menguntungkan, dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan moulage. Sebaliknya kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku, kedudukan abnormal, dan ketidak mampuan kepala untuk mengadakan moulage sebagaimana mestinya, semuanya dapat menyebabkan persalinan menjadi lama, bahkan kemungkinan besar persalinan vaginal tidak mungkin.

e.  Kerja uterus yang tidak efisien
Kemajuan persalinan yang lambat sering kali disebabkan oieh kontraksi uterus yang tidak efisien. Jika tidak terdapat kontraksi yang efektif, penurunan bagian presentasi janin akan berlangsung lambat. Praktik prestriksi makanan dan cairan pada ibu bersalin dapat memberikan efek yang buruk pada kontraksi karena otot memerlukan suplai energi yang adekuat untuk berkontraksi secara efektif. Ambulasi dapat meningkatkan aktivitas uterus yang lebih efektif.

f.  Usia
Usia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan.  Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula. Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin, 2009).

g.  Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama menurut Moechtar (1998) adalah kelainan his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat persalinan. Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berperitas tinggi.

h.  Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan belum mendatar.
Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat tidak pernah memperpanjang persalinan. Akan tetapi, apabila kantong ketuban pada saat serviks masih panjang, keras dan menutup, maka sebelum dimulainya proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini dipengaruhi dimana ketika terjadi kesempitan pintu atas panggul (PAP) yang akhirnya berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks lamban dan seringkali tidak lengkap. Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidak mampuan serviks untuk membuka secara lancar dan cepat, disamping kontraksi rahim yang tidak efisien pada akhirnya akan terjadi partus lama.

i.  Analgesik dan anastesis yang berlebihan dalam fase leten
Kadang-kadang besar gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen sangat menurun sehingga pelahiran pervaginan spontan tidak terjadi. Sedasi berat atau analgesia epidural yang berlebihan cenderung mengurangi refleks keinginan untuk mengejan terlebih mengingat saat fase laten keadaan portio masih tebal dengan pembukaan kurang dari 4cm. Hai ini akan menyebabkan portio bertambah lama untuk menipis sehingga pembukaan menjadi semakin lamban. Analgesia epigural menurunkan kadar oksitosin alamiah dan merelaksasikan otot dasar pelvis yang normalnya keras. Bentuk penghilangan nyeri ini berhubungan dengan penurunan kontraksi dan peningkatan penggunaan oksitosin intravena (IV). Epidural meningkatkan insiden malrotasi, persalinan lama dan intervensi yang bersangkutan.

j.  Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan
Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan merupakan calon persalinan lama. Tipe wanita lainnya adalah wanita yang maskulin, masochistik yang kelihatannya menikmati rasa nyeri yang dialaminya.

k. Respons stres
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.

l. Pembatasan mobilitas dan postur semi-rekumben
Percobaan cochrane review (Gupta dan Nikodem, 2002) mengemukakan bahwa imobilitas atau posisi terlentang memiliki beberapa efek sampling yaitu sebagai berikut :
1)    Penurunan kadar sirkulasi oksitosin alamiah
2)    Berefek buruk terhadap kontraksi dan juga kemajuan persalinan mengakibatkan rata-rata persalinan lama.
3)    Peningkatan penggunaan oksitosin untuk augmentasi
4)    Posisi terlentang dapat berakibat kala dua persalinan memanjang
5)    Ibu merasakan kontraksi lebih menyakitkan pada kala dua bila berbaring terlentang.

m. Puasa ketat
Beberapa klinisi merekomendasikan puasa dalam persalinan karena kekhawatiran mereka mengenai bahaya aspirasi lambung. Aspirasi lambung adalah masalah yang berhubungan dengan tekhnik anastesi buruk saat diberikan anastesi umum dan bukan karena adanya makanan dalam lambung. Puasa ketat pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan lama, diagnosis distosia, dan sederet interfensi yang berkulminasi pada kelahiran sesar (Leveno, 2009)

Penetapan Kadar HB

Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin.
Metode Sahli
Dasar Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam. Untuk dapat menentukan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengencerkan larutan campuran tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar.
Alat untuk mengambil darah vena atau darah kapiler hemometer sahli, yang terdiri atas:
1)    tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22 (atas)
2)    Dua tabung standar warna
3)    Pipet Hb. dengan pipa karet panjang 12,5 cm terdapat angka 20
4)    Pipet HCl
5)    Botol tempat aquadest dan HCl 0, IN
6)    Batang pengaduk (dari glass)
7)    Larutan HCl 0,1 N 8) aquadest
Nilai Normal menurut Dacie
1)    Dewasa laki-laki : 13,5 - 18,0 gr%
2)    Dewasa wanita : 11,5 - 16,5 gr%
3)    Bayi (< 3bln) : 13,6 - 19,6 gr%
4)    Umur 1 tahun : 11,0 - 13,0 gr%
5)    umur 12 tahun :11,5 - 14,8 gr%

Metode Oksihemoglobin
Metode yang paling sederhana dan tercepat dalam fotometri. Tetapi keterandalan ini tidak dipengaruhi oleh kenaikan bilirubin plasma. Kerugiannya standar oksihemoglobin tidak stabil. Darah dicampur dengan larutan Natrium Karbonat 0,1% atau amoium hidroksida dan dikocok terjadi oksihemoglobin, intensitas warnanya diukur secara spektofotometrik.

Metode Sianmethemoglobin
Ferrosianida mengubah besi pada Hb dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk yang diukur fotometrok 540 nm. Kalium-hidrogen-fosfat digunakan agar pH tetap di mana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisa darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.

Pengobatan Anemia dalam Kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasti. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai keposyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli bebas (Manuaba, 1988). Terapi anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi oral dan parenteral : 
  1. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi sulfat, fero gluconat atau noferobisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% /bulan. Kini program nasional mengajurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis anemia.
  2. Pemberian preparat parental yaitu dengan forum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intervena atau 2 x 10 ml/im. Pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 gr % pemberian parenteral ini mempunyai indikasi. Intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. (Prawirohardjo, 2006 : 292)

Gambaran Perilaku Orang Tua terhadap Anak Balita Penderita Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Angka paling mencolok pada balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya. Terjadi gizi buruk salah satu penyebabnya adalah faktor perilaku orangtua. Meskipun ada upaya mengatasi gizi buruk namun masih belum tuntas. Karena Itu merupakan tantangan dalam bidang kesehatan, sehingga tertarik untuk meneliti ”Gambaran perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi buruk di kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2009”.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku orangtua terhadap balita penderita gizi buruk. Menggunakan metode total sampel 56 orangtua yang mempunyai anak balita penderita gizi buruk. Hasil penelitian umumnya pendidikan orangtua tidak tamat SD 50,0%, sebagian besar pekerjaan orangtua sebagai nelayan/tani 89,3%, penghasilan orangtua mayoritas di bawah UMR Aceh 80,4%, pengetahuan orangtua sebagian besar rendah 48,2%, sikap orangtua sebagian besar kurang baik 64,3%, sebagian mengakui ada tradisi 46,4%, ketersediaan pangan orangtua cukup 91,1%, dukungan fasilitas kesehatan tinggi 83,9%, dukungan petugas kesehatan tinggi 64,3% dan tindakan orangtua rendah 76,8%.
Disarankan kepada Pemda dan Dinas Kesehatan hendaknya lebih memperhatikan masalah gizi buruk pada wilayah kerja Puskesmas. Perlu adanya proaktif petugas kesehatan setempat memberikan penyuluhan gizi. Kepada orangtua diharapkan memberikan makananan bergizi untuk balita tanpa mengharap bantuan
pemerintah.

Kata kunci : Gizi Buruk, Balita, Gambaran Perilaku, Orangtua, Abdya

Malnutrition is one of the nutrition problems in Indonesia, including in Aceh Province. The most striking figures in severely malnourished infants in the district of Aceh Barat Daya. Malnutrition occurs one factor causes a parent's behavior. Although there are efforts to overcome malnutrition but still not finished. Because It
is a challenge in the health field, so interested in studying "The picture of the behavior of parents of children under five severely malnourished in Southwest Aceh district in 2009".
This study is descriptive, with the aim to find a picture of parental behavior severely malnourished infants. Using the method of the total sample of 56 parents who have children under five severely malnourished. The results generally are not a parent education 50.0% complete primary school, most parents work as fishermen / farmers 89.3%, the majority of parents earning below minimum wage 80.4% of Aceh, most of the parents knowledge low 48.2%, being a parent most of the poor 64.3%, admitted there was some 46.4% traditions, food availability is 91.1% parents, health facility support high 83.9%, high health support 64.3%, and 76 low parental actions, 8%. Recommended to the Government and the Public Health Service should pay more attention to the problem of malnutrition in Puskesmas working area. There needs to be proactive local health workers provide nutritional counseling. Parents are expected to provide nutritious food for infants makananan without expecting government assistance.

Keywords: Malnutrition, Toddlers, Preview Behavior, Parents, Abdya.

Anda tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan

Pemberian makanan tambahan sangat diperlukan terutama untuk bayi di atas umur enam bulan yang sudah memerlukan makanan tambahan bergizi. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini berbahaya karena seorang bayi belum memerlukan makanan tambahan saat ini dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI lebih sedikit, menyebabkan risiko terjadi infeksi pada bayi meningkat, selain itu tidak ditemukan bukti bahwa pemberian makanan tambahan pada usia empat atau enam bulan lebih menguntungkan, bahkan mempunyai dampak negatif untuk kesehatan bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan adalah faktor pengetahuan ibu (P = 0,002), faktor petugas kesehatan (P = 0,009), faktor iklan (P = 0,012), faktor kebudayaan (P = 0,019).
Disarankan kepada ibu-ibu lebih berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan lebih selektif dalam memilih dan mengikuti iklan-iklan produk makanan tambahan, serta tenaga kesehatan diharapkan agar lebih aktif dalam memberikan dukungan serta penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Kata Kunci : Pemberian Makanan Tambahan (PMT), bayi

ANDA tertarikUntuk melakukan penelitian yang sama dengan penelitian di atas
ANDA DAPAT MEMILIKI KESELURUHAN ISI KTI :