Minggu, 01 Agustus 2010

Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Aborsi

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) Cairo tahun 1994 memperkirakan sekitar 50% penduduk dunia berusia berada dibawah 20 tahun menanggung risiko terbesar terkena masalah kesehatan seksual dan reproduksi. Selain itu, 10% dari  seluruh kasus aborsi, atau sekitar 5 juta pertahun, dialami remaja perempuan berusia 15-19 tahun. Remaja dan dewasa muda perempuan juga rawan tindak kekerasan seksual, perkosaan dan eksploitasi seks. Pada tahun 2000, angka aborsi di Indonesia mencapai dua juta, 750 ribu di antaranya dilakukan para remaja puteri (Data BKKBN). Menurut data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), tahun 2000 itu, terdapat jumlah aborsi yang mencapai 2,3 juta, tahun 2001 meningkat menjadi 2,5 juta kasus.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran Pengetahuan Remaja tentang Aborsi di SMA Negeri 1 Raman Utara Kabupaten Lampung Timur bulan Mei-Juni Tahun 2010, dengan subjek penelitian remaja dan objek penelitian adalah pengetahuan remaja tentang aborsi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi adalah keseluruhan remaja kelas X dan XI yang berada di SMA Negeri 1 Raman Utara dengan jumlah populasi 156 remaja dan pengambilan sampel dengan tehnik metode simple random sampling dan sampel yang diambil sebanyak 25% dari jumlah populasi sehingga diperoleh sampel sebanyak 39 siswa. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode angket dan alat ukur berupa kuisioner untuk mengukur pengetahuan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa pengetahuan remaja tentang Aborsi di SMA Negeri 1 Raman Utara Kabupaten Lampung Timur sebagian besar adalah dengan pengetahuan baik sebanyak 13 orang (33,34%), pengetahuan cukup sebanyak 19 orang (48,72%), pengetahuan kurang sebanyak 6 orang (15,38%) dan paling sedikit pengetahuan kurang sekali sebanyak 1 orang (2,56%).
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah gambaran pengetahuan remaja tentang Aborsi di SMA Negeri 1 Raman Utara Kabupaten Lampung Timur bulan Mei-Juni Tahun 2010 adalah dengan kategori cukup.

Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja, Aborsi

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Pengetahuan
2.1.2 Remaja
2.1.3 Aborsi

BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5  Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
3.5.2 Sampel
3.6 Variabel Penelitian
3.7 Alat Ukur dan Pengukuran Variabel
3.8 Tehnik Pengumpulan Data
3.9  Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum
4.1.2 Hasil Penelitian
4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

10 Jurus Menaklukan Pria di Atas Ranjang

Banyak cara sebenarnya untuk menaklukan pasangan kita dalam berhubungan seks. Terkadang tidak selamanya dengan sentuhan langsung atau perbuatan raba meraba. Tapi bisa juga dengan dorongan semangat dalam bentuk kata-kata liar, yang dapat menimbulkan imajinasi atau fantasi liar. Atau dalam bentuk sanjungan yang biasanya akan merangsang gairah pasangan kita. Coba juga berikan kejutan, karena pria biasanya cenderung sangat menyukai kejutan spontanitas dari pasangannya. Anyway.... apapun bentuknya tidak ada salahnya untuk menyimak langkah-langkah di bawah ini, sebagai pedoman untuk lebih mengenal pasangan masing-masing dalam melakukan hubungan.
  1. Pakar seksualitas menemukan sejumlah teknik yang perlu diketahui oleh wanita untuk memuaskan pasangan prianya dalam berhubungan seks. Beberapa di antaranya dengan cara yang tidak terpikirkan sebelumnya seperti dengan memainkan jari-jari kakinya atau dengan kata sanjungan.
  2. Memberi dorongan semangat dengan kata-kata. Untuk itu wanita tidak perlu merasa malu atau ragu menggunakan kata-kata liar sehingga pria pasangannya pun dapat membayangkan "keliaran" pasangannya dalam fantasi seksual.
  3. Cetuskan kata-kata yang menyanjung. Kebanyakan pria akan "bekerja" lebih baik saat egonya terangkat. Pria juga senang bila wanita menyanjung kelelakiannya. Misalnya terangsang dengan bidangnya dada atau kekekaran tubuhnya. Karena itu katakanlah tanpa ragu segala sanjungan pada pria pasangan anda, karena itu akan menjadi pembakar gairahnya.
  4. Semakin lama seorang pria dirangsang maka akan semakin tinggi tingkat orgasmenya. Agar bisa mencapai tingkat setinggi mungkin, pertahankan masa pemanasan selama mungkin. Bila perlu, jangan beri kesempatan pria pasangan anda untuk buru-buru melakukan penetrasi. Mengulur-ulur waktu dalam hal ini justru sangat baik bagi kedua pihak.
  5. Lakukan persetubuhan dengan posisi yang bisa membuat bagian pinggul bisa lebih tinggi. Posisi ini bisa memberikan keuntungan bagi pria karena tidak harus banyak memberikan topangan bagi dirinya sendiri. Hal lain, posisi yang sama akan membuat lengannya bebas untuk memberikan belaian atau rangsangan pada bagian tubuh pasangan wanitanya.
  6. Wanita perlu menyakinkan bahwa dirinya adalah "dewi seks" bagi pasangannya. Bila ada keyakinan tersebut, wanita juga akan dapat menikmati "keliaran" pasangannya dan bersiaplah mendapatkan teknik-teknik liar yang muncul dari fantasinya..
  7. Wanita memiliki potensi untuk mengendalikan setiap "sel" tubuh pasangan prianya hanya melalui kepiawaian permainan tangannya. Karenanya tanyakan pada pria pasangan anda bagian tubuh mana yang disukainya untuk di sentuh dan dirangsang. Setelah mengetahuinya jangan segan-segan untuk terus "berlatih" melakukan sentuhan erotis sampai pria pasangan anda merasakan sentuhan paling favorit yang disukainya.
  8. Bila ingin melakukan stimuli oral, ada sejumlah cara yang bisa meningkatkan jenjang kenikmatan pria. salah satu cara adalah dengan coba sambil mengumur air hangat dan air dingin, atau setelah mengunyah pepermint. dan bila ingin lebih, bisa juga dicoba dengan sambil menggumamkan sesuatu.
  9. Memberikan kenikmatan dan stimulasi pada jari-jari kaki juga ada baiknya dilakukan sebelum meningkat pada rangsangan oral. Secara lembut dan perlahan menghisap jari kaki sambil memberi tatapan lurus ke arah mata akan memberikan sensasi luar biasa bagi pria. Itu karena dalam struktur anatomi jari-jari kaki di dalamnya mengandung syaraf-syaraf yang berujung pada indera perasa. Dengan dikombinasikan tatapan mata yang merupakan penampilan visual tersebut, pria akan terasa langsung "mengorbit", bahkan mungkin sebelum si wanita memulainya.
  10. Terakhir berikan kejutan. Pria biasanya cenderung sebagai "makhluk kebiasaan", itu yang membuatnya menjadi pelaku rutinitas. Diatas tempat tidur, pria seperti ini, dan itu kebanyakan, hanya melakukan trik-trik seksual yang itu-itu saja. Namun pada titik ini wanita dapat merasukinya. Berikan rayuan pada saat-saat yang tidak biasa atau diduganya. Lancarkan rayuan dan ajaklah ke tempat tidur saat dia tengah menonton TV, misalnya

10 Tempat yang Asyik untuk Bercinta

Banyak tempat yang sangat pribadi dan menyenangkan untuk bercinta dengan sang kekasih pasangan Anda. Sebuah majalah wanita di Amerika Serikat melakukan riset penelitian tentang tempat bercinta yang mengasyikkan. Jajak pendapat itu dilakukan terhadap lebih dari 1.500 responden. Akhirnya didapatlah 10 tempat paling asyik untuk bercinta. Barangkali saja, salah satunya merupakan tempat favorit Anda. Berikut sepuluh tempat peringkat teratas, seperti dilansir Cosmopolitan, yang menurut mereka suasananya bisa diubah hingga "senakal" mungkin.

1. Kamar mandi atau bak mandi: 82 %
Cobalah bergantian saling mengusap busa di tubuh dengan pasangan Anda. Lakukan sembari saling menggoda pasangan sebelum terjun ke aksi sesungguhnya. Siapkan dua handuk berbulu hangat atau satu handuk besar yang dapat membungkus tubuh Anda. Handuk-handuk ini sangat bermanfaat untuk menjaga kenyamanan setelah melakukan pemanasan tersebut.

2. Mobil: 80 %
Orang sering berpikir bahwa jok belakang adalah tempat terbaik untuk melakukan hubungan seks di dalam mobil. Namun tempat ini sangat sempit dan tidak cukup ruang untuk kaki Anda. Cobalah berbaring di kursi penumpang dan terapkan posisi girl on top. Dijamin akan terasa sangat nakal dan sensual.

3. Kamar tidur masa kecil: 65%
Jika orang tua Anda sedang ada di kamar sebelah, jaga suara-suara atau bunyi-bunyi yang mencurigakan. Jangan sampai mereka mendengar jeritan-jeritan nikmat Anda atau pasangan. Di samping itu, gunakan posisi seks yang tetap bisa memuaskan tapi tidak terlalu keras mengguncang papan kepala kasur. Jadi, coba "goyang" si dia dengan lembut namun tetap menggoda.

4. Kolam renang: 54%
Ironisnya, berhubungan seks di air sebenarnya dapat mengakibatkan pelumas alami Anda mengering. Solusinya adalah dengan menggunakan pelumas berbasis silikon yang tahan air dan ban renang. Minta pasangan laki-laki Anda duduk di atas ban renang. Kemudian timpa pasangan Anda dengan cara duduk di atasnya. Lakukan aksi Anda dengan gerakan maju ke depan dan belakang secara perlahan-lahan. Biarkan sang lelaki membantu gerakan dengan memegang pinggul Anda. Posisi dan gerakan ini biasa disebut "Tawdry Tube" dalam kamus Kama Sutra Aqua ala Cosmopolitan.

5. Hutan: 49%
Terdapat dua risiko terbesar saat memanfaatkan hutan sebagai tempat bercinta, yakni serangga dan tanaman beracun. Untuk menangkis serangga, semprotkan tubuh dengan antiserangga terlebih dahulu. Tapi jangan semprotkan di daerah leher, payudara atau di mana pun yang sekiranya mungkin akan dicium atau dijilati pasangan Anda. Sedangkan untuk tanaman beracun, hindari saja.

6. Meja dapur: 48%
Sendok goreng spatula atau yang berbentuk seperti garpu yang ujungnya bersambungan itu tak hanya bisa digunakan untuk membolak-balik masakan. Anda juga bisa memanfaatkan spatula untuk memukul bokong pasangan laki-laki Anda agar permainan terasa semakin nakal.

7. Taman bermain: 42%
Gunakan wahana bermain apa pun yang tersedia di tempat yang satu ini. Hanya saja, perhatikan sekitar. Jangan sampai Anda tertangkap basah sedang "bermain" oleh anak-anak kecil yang juga ingin bermain di taman tersebut. Dan jangan lupa bersihkan "sisa-sisa permainan" di wahana-wahana itu jika Anda sudah selesai.

8. Tenda: 37%
Dinding tenda memang sangat tipis dan membayang. Untuk itu, Anda yang memilih tenda sebagai tempat bercinta disarankan untuk menggunakan posisi seks sederhana namun tetap menggoda. Di antaranya gaya "Saucy Spoon" di mana Anda berbaring menyamping menghadap ke arah yang sama dengan pasangan. Kemudian dorong bokong Anda ke arah "senjatanya" dan mainkan. Atau bisa juga dengan gaya "Backup Boogie" di mana pasangan pria Anda berbaring terlentang. Sedangkan Anda mengangkang di atas dia dengan wajah menghadap kakinya. Bantu tubuh Anda bergoyang nakal dengan meletakkan telapak tangan di lantai. Jangan lupa berikan si dia bantal di kepala agar bisa menyaksikan pemandangan menarik itu dengan leluasa.

9. Kamar orang tua: 34%
Sedikit aneh memang. Tapi memilih kamar orang tua untuk melakukan hubungan seks bisa memberikan sensasi yang berbeda. Bagi yang ingin punya anak, siapa tahu lokasi ini bisa membantu. Pasalnya, kemungkinan di sanalah orang tua berusaha membuat Anda. Tapi ingat! Jangan sampai tertangkap basah oleh mereka.

10. Ruang cuci: 29%
Cobalah duduk di mesin pencuci, bukan mesin pengering. Ketika mesin berputar, bergerak bebaslah dengan pasangan Anda di sana.

13 Bagian Tubuh Wanita Penggoda Pria

Dari data yang dilansir oleh datingsas.com banyak pria membuka mulutnya alias `curhat`, mengenai bagian dari tubuh wanita yang membuat mereka tergoda. Hasilnya, hmmm...... mungkin bisa dipelajari para wanita untuk memikat para pria.

1. Tubuh Atletis
Pria menyukai wanita yang bertubuh atletis karena dalam pandangan mereka pasti wanita tersebut mampu menjadi ibu yang baik. Dengan tubuh yang fit, si wanita tentu akan mampu menjalani hari-harinya sebagai ibu dan mengerjakan berbagai tugas rumah tangga. Wanita bertubuh atletis juga diyakini mampu melindungi dirinya dari bahaya.

2. Payudara Padat Berisi
Bagi para pria, payudara wanita paling indah ada pada rentang usia awal 20 tahunan. Favorit mereka adalah payudara padat berisi persis yang ada di majalah-majalah pria atau iklan-iklan pakaian dalam. Jika Anda tidak memiliki payudara padat berisi jangan sedih dulu. Menurut hasil penelitian, pria menyukai payudara tanpa mempedulikan bentuknya. Tidak masalah apakah payudara tersebut berukuran kecil ataupun besar, pria pasti tertarik pada payudara wanita. Satu lagi fakta tambahan mengapa pria menyukai payudara wanita adalah karena di sekitar puting wanita ada bagian bernama aerola. Pada saat berhubungan seks, aerola akan mengeluarkan bau yang menggoda pria. Itulah sebabnya, pria senang bermain-main dengan payudara ketika berhubungan seks.

3. Kaki Jenjang
Ketika seorang wanita beranjak remaja, kaki mereka akan bertambah jenjang. Nah, di mata pria, kaki yang panjang menandakan kedewasaan wanita. Banyak wanita berkaki panjang menyadari kelebihan tersebut. Biasanya mereka menggunakan sepatu hak tinggi atau rok mini untuk semakin menonjolkan keseksian kakinya. Pria juga senang ketika wanita menggunakan hak tinggi. Sepatu yang mudah bikin kaki pegal tersebut menurut pria membuat kaki wanita tambah seksi, membuat bokong dan bagian belakang wanita semakin menarik. Lucunya, ketika masa subur atau menstruasi, wanita secara instingtif merasa ingin menggunakan rok mini atau pakaian-pakaian yang menggoda pria.

4. Pinggang yang Ramping
Bentuk tubuh jam pasir sejak dulu memang menjadi idola wanita. Sejak lima abad silam, wanita berusaha keras mewujudkan bentuk tersebut lewat bentukan korset, diet ketat, sampai operasi plastik. Semakin segaris pinggul dengan pinggang membuat pria semakin tertarik. Terkesan wanita tersebut banyak menimbun lemak sehingga secara reproduktif kurang subur.

5. Bokong yang Bulat
Bokong bulat yang penuh dipastikan membuat mata pria tak bisa berpaling. Bokong wanita memiliki banyak fungsi, seperti menyimpan lemak untuk menyusui dan tempat menumpuk energi untuk saat-saat tertentu. Inilah mengapa banyak orang menganggap semakin besar bokong semakin menarik wanita tersebut. Zaman dahulu wanita berusaha keras membuat bokongnya terlihat semakin besar. Tapi tidak demikian kini, bokong besar malah seperti menandakan tubuh yang kurang sehat.

6. Perut Ramping
Pastinya ini bukan kejutan lagi, perut ramping akan membuat pria jatuh cinta. Mengapa ? Pertama, karena jelas perut ramping menandakan wanita tersebut tidak hamil. Lalu apalagi? Menurut para pria perut ramping menandakan wanita tersebut pandai merawat diri dan peduli akan kesehatannya. Perhiasan di perut, seperti tindik di perut atau rantai di sekitar perut menurut pria membuat perut semakin seksi. Rantai tersebut membuat pinggul wanita tampak lebih besar sekaligus merampingkan pinggang. Itu saja ? Tentu tidak, masih ada tujuh hal lagi yang pasti membuat pria langsung jatuh hati.

7. Leher Jenjang
Leher pria umumnya pendek, lebar, dan kokoh. Secara historis, leher semacam itu berguna untuk membawa benda-benda berat, seperti binatang hasil buruan. Nah, karena itu leher jenjang wanita membuat pria terpesona. Leher jenjang dianggap sebagai tanda kewanitaan yang sangat menggoda, membuat pria senang mencium dan menghiasinya dengan perhiasan.

8. Wajah Ramah
Diam-diam pria mengidolakan wanita yang berwajah sedikit kekanak-kanakan dan penuh senyum. Wajah mungil, dagu kecil, rahang yang elegan, tulang pipi tinggi, bibir penuh, dan mata besar merupakan ciri-ciri wajah favorit pria. Wajah seperti ini membuat pria secara instingtif ingin melindungi dan memberi kasih sayang. Wajah yang lebih muda memang akan membuat pria tergoda. Karena itu tak heran jika jasa facelift dan operasi plastik cukup sering digunakan oleh wanita-wanita yang mulai keriput.

9. Mulut yang Sensual
Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang bibirnya berada di bagian luar. Ketebalan bibir wanita sama dengan vaginanya. Kedua bagian tubuh ini akan bereaksi dan dipenuhi oleh aliran darah ketika dalam keadaan terangsang. Pria menyukai wanita yang berbibir penuh dan sensual. Untuk wanita yang tidak memiliki bentuk bibir demikian jangan khawatir. Dengan bantuan lipstick merah menyala, para pria juga bisa tergoda. Tapi penggunaan make-up yang berlebihan juga berbahaya karena bisa membuat pria-pria berebutan menggoda dan memicu permusuhan dengan wanita lainnya.

10. Daun Telinga
Telinga wanita juga memiliki peran penting dalam menggaet pria. Bagian telinga tempat wanita memasang anting-anting adalah bagian favorit pria. Panjangnya bagian tersebut menurut beberapa pria membuat wanita makin seksi. Beberapa wanita primitif bahkan dengan sengaja memperpanjang bagian tersebut untuk menarik hati pria. Sekarang wanita sudah lebih pandai untuk mengakali bagian tersebut. Anting-anting model panjang dan menarik perhatian jadi pilihan wanita untuk membantu membuat bagian tersebut terlihat lebih menarik. Tapi hati-hati anting-anting yang terlalu besar malah akan merusak telinga.

11. Mata Besar
Pria umumnya mengagumi mata besar. Karena itu tak heran jika penata rias selalu menonjolkan bagian mata pada tata rias seseorang. Pria bukannya menyukai mata besar wanita tanpa alasan yang jelas. Menurut mereka mata semacam itu membuat para pria merasa terlindungi.

12. Hidung Mungil
Secara umum, pria menyukai wajah wanita yang imut seperti anak-anak. Wajah tersebut membuat pria merasa ingin melindungi. Begitu juga dengan hidung, pria sangat menyukai wanita yang berhidung mungil.

13. Rambut Panjang
Sehelai rambut bisa hidup hingga enam tahun, setiap harinya seseorang bisa kehilangan 80-100 helai rambut. Untuk pria bule, rambut pirang dianggap menarik karena wanita terkesan feminim dan subur. Namun apapun warnanya, pria menyukai rambut yang bersih dan berkilat. Rambut tersebut menandakan wanita tersebut bersih dan rajin merawat diri. Selain bersih, menurut sebuah survey, 75% pria lebih tertarik pada wanita yang berambut panjang.

Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan

Menurut United States Public Health service (1992), pada abad ke-20 pemeriksaan kehamilan telah menjadi salah satu layanan kesehatan yang paling sering digunakan di Amerika. Pada tahun 1998 terdapat lebih dari 41 juta kunjungan prenatal dengan median sebanyak 12,4 kunjungan per kehamilan. Dalam penelitiannya, Kogan dkk (1998) menemukan bahwa dari 54 juta kelahiran hidup hampir seperempat mempunyai penyulit yang bermakna yang dapat diidentifikasi dan dapat diobati. Peningkatan pemeriksaan ini diperkirakan karena bertambahnya jumlah wanita yang hamil, kesadaran dan pengetahuan ibu tentang kehamilan, kemajuan di bidang ilmu kedokteran, dan meluasnya penggunaan ultrasonografi.

Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam keluarga di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi sekali bahkan tertinggi diantara negaranegara Association South East Asian Nation (ASEAN). Pada tahun 2007 AKI saat melahirkan sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azwar dalam Firdiansyah). Keadaan maternal di Indonesia pada saat ini masih cukup memprihatinkan, khususnya di daerah-daerah pedesaan atau di daerah terpencil. Angka kematian ibu yang melahirkan juga cukup tinggi. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab keadaan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah minimnya pengetahuan tentang resiko-resiko kehamilan yang diakibatkan karena rendahnya tingkat pendidikan, pemeliharaan kehamilan, pengetahuan tentang gizi dalam kehamilan, keadaan ekonomi dsb.

Pada umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan. Keterbatasan ekonomi dapat mendorong ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan rutin karena tidak mampu untuk membayarnya. Sementara rendahnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan atau kelainan-kelainan dalam kehamilan kurang diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa resiko yang tidak diinginkan. Akibat dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan banyak menimbulkan adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan kedua-duanya. Penyebab kematian maternal dapat di bagi dalam beberapa masalah, yang antara lain adalah masalah reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi dsb.

Tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (Ida Bagus G, 2002). Salah satu faktor yang banyak memberi pengetahuan pada manusia adalah pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tidak adanya pendidikan pada seseorang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan. Demikian juga dengan ibu hamil yang tidak mengalami atau memperoleh pendidikan tentu saja akan berakibat pada kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut.

Meningkatkan sumber daya manusia serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat adalah suatu upaya yang dapat kita lakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian maternal. Ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan mutu dan terjangkaunya pelayanan kesehatan yang makin merata serta mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu usaha untuk menunjang hal tersebut adalah dengan memberikan pelayanan antenatal (ANC) yang dilaksanakan dengan baik dan sedini mungkin dengan harapan mencegah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi serta dengan meningkatkan kualitas sumber daya ibu hamil. 

Hasil penelitian dari Anggoro (2005) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Ibu berpengaruh terhadap sikap imunisasi. Selanjutnya, Anggoro menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu semakin baik sikap terhadap imunisasi. Yang pada akhirnya telah mempengaruhi perilaku ibu untuk. mendorong melakukan imunisasi. Selanjutnya, Suminah dan dan Anantanya (2002), menyatakan bahwa sebagian besar kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang terbentuk melalui proses pendidikan. Kognitif merupakan bagian dari komponen aspek sikap yang mendorong orang untuk berperilaku. Selanjutnya, Kardjati (1985) mengatakan bahwa tinggi rendahnya pendidikan Ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap perawatan kesehatan, serta kesadaran terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya. Dari kajian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap terhadap kesehatan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dalam pemeliharaan kesehatan. Masalah selanjutnya adalah apakah juga terjadi bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan Ibu hamil dengan perilaku pemeriksaaan kehamilan untuk perawatan kesehatan baik untuk ibu dan anaknya.

Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit otoimun yang ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas. LES terutama terjadi pada usia reproduksi antara 15-40 tahun dengan rasio wanita dan laki laki 5 : 1, dengan demikian terdapat peningkatan kejadian kehamilan dengan LES ini. Dari berbagai laporan kejadian LES ini tertinggi didapatkan di negara Cina dan Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia, RS Dr Soetomo Surabaya melaporkan 166 penderita dalam 1 tahun (Mei 2003 - April 2004). Dari 2000 kehamilan dilaporkan sebanyak 1-2 kasus LES.

PATOGENESIS
Sampai saat ini belum jelas mekanisme terjadinya LES ini, interaksi antara faktor lingkungan, genetik dan hormonal yang saling terkait akan menimbulkan abnormalitas respon imun pada tubuh penderita LES. Beberapa faktor pencetus yang dilaporkan menyebabkan kambuhnya LES adalah, stress fisik maupun mental, infeksi, paparan ultraviolet dan obat-obatan. Obat-obatan yang diduga mencetuskan LES adalah, procainamine, hidralasin, quidine dan sulfazalasine. Pada LES ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam otoantibodi pada penderita LES. Peran antibodi antibodi ini dalam menimbulkan gejala klinis belum jelas diketahui, beberapa ahli melaporkan kerusakan organ/sistem bisa disebabkan oleh efek langsung antibodi atau melalui pembentukan komplek imun. Kompleks imun akan mengaktifasi sistem komplemen untuk melepaskan C3a dan C5a yang merangsang sel basofil untuk membebaskan vasoaktif amin seperti histamin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler yang akan memudahkan mengendapnya kompleks imun. Pembentukan kompleks imun ini akan terdeposit pada organ/sistem sehingga menimbulkan reaksi peradangan pada organ/sistem tersebut Sistem komplemen juga akan menyebabkan lisis selaput sel sehingga akan memperberat kerusakan jaringan yang terjadi. Kondisi inilah yang menimbulkan manifestasi klinis LES tergantung dari organ/sistem mana yang terkena. Pada plasenta proses tersebut akan menyebabkan terjadinya vaskulitis desidua.

MANIFESTASI KLINIS
Penderita LES umumnya mengeluh lemah, demam, malaise, anoreksia dan berat badan menurun. Pada penyakit yang sudah lanjut dan berbulan bulan sampai tahunan barulah menunjukkan manifestasi klinis yang lebih spesifik dan lengkapserta cenderung melibatkan multiorgan. Manifestasinya bisa ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa.

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis LES hendaknya dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang diagnosis yang cermat sebab manifestasi LES
sangat luas, dan seringkali mirip dengan penyakit lainnya. Diagnosis LES dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan laboratorium. American College of Rheumatology (ACR) pada tahun 1982, mengajukan 11 kriteria untuk klasifikasi LES, dimana bila didapatkan 4 kriteria saja maka diagnosis LES sudah dapat di tegakkan. Kriteria tersebut adalah:
  1. Ruam malar
  2. Ruam Diskoid
  3. Fotosensitifitas
  4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
  5. Artritis
  6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis
  7. Kelainan ginjal, proteinuria persisten > 0,5 gram/hari
  8. Kelainan nerologik, yaitu kejang kejang atau psikosis
  9. Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik, atau lekopenia atau limfopenia atau trombositopenia
  10. Kelainan imunologik, yaitu sel LE positif atau anti DNA positif atau anti Sm positif atau tes serologic untuk sifilis yang positip palsu
  11. Antibodi antinuklear (ANA, anti nuclear antibody) positif.
PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP LES
Masih belum dapat dipastikan apakah kehamilan dapat mencetuskan LES, eksaserbasi LES pada kehamilan tergantung dari lamanya masa remisi LES keterlibatan organ organ vital seperti ginjal. Penderita LES yang telah mengalami remisi lebih dari 6 bulan sebelum hamil mempunyai risiko 25% eksaserbasi pada saat hamil dan 90% luaran kehamilannya baik. Tetapi sebaliknya bila masa remisi LES sebelum hamil kurang dari 6 bulan maka resiko eksaserbasi LES pada saat hamil menjadi 50% dengan luaran kehamilan yang buruk. Apabila kehamilan terjadi pada saat LES sedang aktif maka risiko kematian janin 50-75% dengan angka kematian ibu menjadi 10%. Dengan meningkatnya umur kehamilan maka resiko eksaserbasi juga meningkat, yaitu 13% pada trimeseter I, 14% pada trimester II, 53% pada trimester III serta 23% pada masa nifas.

PENGARUH LES TERHADAP KEHAMILAN
Nasib kehamilan penderita LES sangat ditentukan dari aktifitas penyakitnya, konsepsi yang terjadi pada saat remisi mempunyai luaran kehamilan yang baik. Beberapa komplikasi kehamilan yang bisa terjadi pada kehamilan yaitu, kematian janin meningkat 2-3 kali dibandingkan wanita hamil normal, bila didapatkan hipertensi dan kelainan ginjal maka mortalitas janin menjadi 50%. Kelahiran prematur juga bisa terjadi sekitar 30-50% kehamilan dengan LES yang sebagian besar akibat preeklamsia atau gawat janin. Infark plasenta yang terjadi pada penderita LES dapat menigkatkan risiko terjadinya Pertumbuhan janin Terhambat sekitar 25% demikian juga risiko terjkadinya preeklamsia . eklamsia meningkat sekitar 25-30% pada penderita LES yang disertai lupus nepritis kejadian preeklamsia menjadi 2 kali lipat.
Membedakan preeklamsia dengan lupus nepritis sulit karena keduanya mengalami hipertensi, protenuria, edema dan perburukan fungsi ginjal. Kriteria dibawah ini dapat dipakai untuk membedakan kedua keadaan diatas.

SINDROMA LUPUS ERTEMATOSUS NEONATAL (LEN)
LEN, merupakan komplikasi kehamilan dengan LES yang mengenai janin dimana sindroma tersebut terdiri dari, blok jantung kongenital, lesi kutaneus sesaat, sitopenia, kelainan hepar dan berbagai manifestasi sistemik lainnya pada neonatus yang lahir dari seorang ibu yang menderita LES pada saat hamil. Untuk menegakkan diagnosa LEN, The Research Registry for Neonatal Lupus memberikan dua kriteria sebagai berikut :
1. Adanya antibodi 52 kD SSA/Ro, 60 kD SSA/Ro atau 48 kD SSB/La pada serum ibu.
2. Adanya blok jantung atau ras pada kulit neonatus. Kelainan konduksi jantung/blok jantung kongenital ditemukan 1 diantara 20 000 kelahiran hidup (0,005%), tergantung dari adanya anti SSA/Ro atau anti SSB/La.
Apabila antibodi tersebut ditemukan pada penderita LES maka risiko bayi mengalami blok jantung kongenital berkisar antara 1,5% sampai 20% dibandingkan bila antibodi tersebut tidak ada yaitu sekitar 0,6% dengan distribusi yang sama antara bayi laki dan wanita. Patogenesis blok jantung kongenital neonatus pada penderita LES dengan anti SSA/Ro dan Anti SSB/La positip belum jelas diketahui. Mekanisme yang dipercaya saat ini adalah adanya transfer antibodi melalui plasenta yang terjadi pada trimester ke dua yang menyebabkan trauma imunologik pada jantung dan sistem konduksi jantung janin. Sekali terjadi tranfer
antibodi ini maka kelainan yang terjadi bersifat menetap dan akan manifes pada saat bayi lahir. Usaha untuk menghentikan transfer antibodi ini ke janin seperti pemberian kortiokosteroid, gammaglobulin intravenous atau plasmaparesis telah gagal mencegah kejadian blok jantung kongenital neonatal. Oleh karena itu pemeriksaan antibodi ini sangat penting untuk seorang ibu yang menderita LES dan ingin hamil.

PENATALAKSANAAN
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan LES dengan kehamilan yaitu:
1. Kehamilan dapat mempengaruhi perjalanan penyakit LES
2. Plasenta dan fetus dapat menjadi target dari otoantibodi maternal sehingga dapat berakhir dengan kegagalan kehamilan dan terjadinya lupus eritemtousus neonatal. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara obsterikus dan ahli penyakit dalam dalam merawat penderita LES yang hamil.
Pada umumnya penderita LES mengalami fotosensitifitas, sehingga disarankan untuk tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari. Mereka disarankan untuk menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang, topi atau payung bila akan berjalan dibawah sinar matahari. Karena infeksi mudah terjadi
maka penderita juga dinasehatkan agar memeriksakan diri bila mengalami demam. Pada penderita yang akan menjalani prosedur infasif diberikan antibiotika profilaksis. Modalitas utama pengobatan LES adalah pemberian kortikosteroid, anti inflamasi non steroid, aspirin, anti malaria dan imunosupresan. Pemberian kostikosteroid memiliki peran yang sangat penting pada kehamilan dengan LES karena tanpa kortikosteroid sebagian besar penderita LES yang hamil akan mengalami eksaserbasi. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang seperti prednison, prednisolon, hidrokortison pada kehamilan umumnya aman, oleh karena glukokortikoid itu segera akan mengalami inaktifasi oleh ensim 11-beta-hidroksidehidrogenase menjadi metabolik 11-keto yang inaktif, sehingga hanya 10% dari dosis yang dipakai dapat memasuki janin. Pada manifestasi klinis LES yang ringan umumnya diberikan prednison oral dalam dosis rendah 0,5 mg/kgBB/hari sedangkan pada manifestasi klinis yang berat diberikan prednison dosis 1 mg- 1,5 mg/kgBB/hari. Pemberian bolus metilprednisolon intravena 1 gram atau 15 mg/kgBB selama 3-5 hari dapat dipertimbangkan untuk mengganti glukokortikoid oral dosis tinggi atau pada penderita yang tidak memberikan respon pada terapi oral. Setelah pemberian glukokortikoid selama 6 minggu, maka harus mulai dilakukan penurunan dosis obat secara bertahap, 5-10% setiap minggu bila tidak timbul eksaserbasi akut. Bila timbul eksaserbasi akut dosis harus dikembalikan seperti dosis sebelumnya. Pemakaian glukokortikoid yang berkepanjangan pada waktu hamil dalam dosis tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah dini, diabetes gestasional, hipertensi,dan osteoporosis.

Pemberian imunosupresan diberikan pada penderita yang tidak respon terhadap terapi glukokortikoid selama 4 minggu. Siklofosfamid diberikan bolus intravena 0,5 gr/m2 dalam 150 cc NaCL 0,9% selama 60 menit diikuti dengan pemberian cairan 2-3 liter/24 jam. Indikasi pemberian siklofosfamid adalah :
  1. Penderita LES yang membutuhkan steroid dosis Tinggi
  2. Penderita LES yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tingg
  3. Penderita LES yang kambuh setelah terapi steroid jangka panjang/berulan
  4. Glomerulonefritis difus awal
  5. LES dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid
  6. Penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin tanpa disertai dengan faktor ekstra renal lainnya
  7. LES dengan manifestasi susunan saraf pusat.
Pemberian siklofosfamid pada wanita hamil tersebut tidak dianjurkan secara rutin kecuali benar benar atas indikasi yang kuat dan dalam keadaan diamana keselamatan ibu merupakan hal yang utama. Dilaporkan bahwa pemakaian siklofosfamid dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kegagalan ovarium prematur dan kelainan bawaan pada janin. Obat imunosupresan lainnya yang cukup aman diberikan pada wanita hamil adalah azatioprin dan siklosporin. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya eksaserbasi pada saat persalinan atau pembedahan maka sebaiknya penderita dipayungi dengan metil prednisolon dosis tinggi sampai 48 jam pasca persalinan, setelah itu dosis obat diturunkan. Hampir semua obat untuk penderita LES diekskresikan bersama air susu dalam jumlah yang bervariasi antara 0,1%-2% dosis obat, kecuali Imunosupresan yang dikontraindikasikan untuk ibu menyusui. Pemberian aspirin dalam dosis besar (>3 gr/hari) berhubungan dengan peningkatan kejadian kehamilan posterm dan perdarahan selama persalinan.
Dosis tinggi salisilat juga dilaporkan telah menyebabkan oligohidramnion, penutupan prematur dari duktus arteriosus dan hipertensi pulmonal pada neonatus. Pemakaian NSAID atau aspirin dihindari beberapa minggu sebelum persalinan. Hidroksiklorokuin juga sering dipakai dalam pengobatan LES dan sampai saat ini pemakaian obat ini cukup aman untuk wanita hamil.

Kehamilan yang direncanakan merupakan pilihan yang paling baik untuk penderita LES yang masih menginginkan kehamilan. Kehamilan direkomendasikan setelah 6 bulan remisi. Pada kunjungan pertama antenatal dilakukan pemeriksaan lengkap tanpa memandang kondisi klinis pasien yang meliputi, pemeriksaan darah lengkap, panel elktrolit, fungsi liver, fungsi ginjal, urinalisis, antibodi anti DNA, anti bodi anti kardiolipin, antikoagulan Lupus, C3, C4 dan Anti SSA/R0 dan Anti SSB/La. Pemeriksaan laboratorium tersebut diulang tiap trimester, apabila antti SSA/Ro dan Anti SSB/La positif maka dilakukan pemeriksaan ekokardiograpi janin pada usia kehamilan 24-26 minggu untuk mendeteksi adanya blok janin kongenital. Apabila ditemukan adanya blok jantung janin kongenital maka diberikan dexametason 4 mg per-oral/hari selama 6 minggu/sampai gejala menghilang kemudian dosis diturunkan sampai lahir. Pemilihan kontrasepsi yang efektif dan aman merupakan hal yang sangat penting dalam penanganan penderita LES pasca persalinan. Kadar estrogen dalam kontrasepsi oral yang melebihi 20-30 ugr/hari dapat mencetuskan LES. Risiko tromboemboli pada penderita LES yang memakai kontrasepsi oral juga meningkat terutama apabila aPLnya positif. Kontrasepsi oral yang hanya mengandung progestogen dan depot progestogen merupakan alternatif yang lebih aman untuk penderita LES pasca persalinan. Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) kurang baik karena dapat meningkatkan risko infeksi terutama pada penderita yang memakai imunosupresan yang lama.

Seputar Kehamilan Palsu / Pseudocysis

Sering kali saat seorang ibu sedang sangat berharap memperoleh buah hati akan merasa dirinya sedang mengandung. Pusing, mual, dan rasa lelah yang cepat hinggap, membuatnya teryakinkan bahwa sudah ada jabang bayi dalam rahimnya, apalagi haidnya pun sudah tak datang. Tapi, apa yang terjadi jika hal itu ternyata palsu? Kehamilan palsu atau Pseudocysis ( berasal dari bahasa Yunani dimana pseudes = false dan kyesis = pregnancy) adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan merasa hamil, namun sebenarnya dia tidak hamil. Dalam keadaan ini, seorang perempuan akan merasakan gejala-gejala umum sama seperti yang dialami ibu hamil. Misalnya saja, tidak haid, perut semakin besar, mual, pusing dan payudara membesar. Tapi jika diperiksa secara medis, misalnya tes urin, akan diketahui bahwa anda tidak hamil. Adanya tiga hal yang tidak ditemukan dalam kehamilan palus: denyut jantung janin tidak terdengar, USG tidak memperlihatkan adanya bayi dan yang terakhir jelas saja nggak bakalan melahirkan bayi. biggrinbiggrinbiggrin Frekuensinya sangat jarang yaitu 1-6 per 22.000 persalinan.

Penyebabnya diduga gangguan psikologis, dimana seorang wanita mempunyai keinginan yang kuat untuk hamil, menterjemahkan perubahan2 kecil pada dirinya sebagai suatu kehamilan. Hebatnya lagi test kehamilan bisa positf (false positif=positif palsu). Air susu juga bisa keluar. Keduanya terjadi lewat jalur hypothalamus-hypofise. Perut membesar akibat penumpukan lemak didinding perut. Gerakan gas dalam perut disangka gerakan bayi. Karena secara fisik kondisinya normal maka tidak dibutukan obat2an kecuali jika ingin memancing haidnya muncul kembali. Pengobatan hanya dilakukan konseling dengan psikoterapist.

Hal ini disebabkan karena pseudocyesis bisa memicu kelenjar di dalam otak untuk menghasilkan hormon kehamilan, oxytocin. Meski penelitian mengenai masalah ini masih sangat sedikit, sejumlah pakar medis berkeyakinan, pseudocyesis akut bisa meningkatkan hormon estrogen dan prolactin yang dapat mempengaruhi perubahan fisik menjadi seolah wanita hamil seperti perut membuncit, dan payudara mengeras karena peningkatan hormon tersebut. 

Wanita yang memiliki risiko untuk mengalami kelainan ini :
1. wanita yang belum dapat anak pada usia akhir 30 atau awal 40 tahun.
2. Wanita dengan kondisi emosi yang tidak stabil, terutama yang berhubungan dengan kehamilan.
3. Wanita dengan riwayat abortus ataupun kematian janin sebelumnya.

Yang menarik mengenai kehamilan palsu ini dapat juga dialami oleh pria (penderita Couvade syndrome / sympathetic pregnancy), biasanya terjadi pada para suami yang sangat dekat dengan istrinya dan mempunyai simpati yang berlebihan sehingga mengalami tanda-tanda yang sama dengan kehamilan: morning sickness, emosi yang tidak menentu, ngidam, gangguan pencernaan, perubahan nafsu makan, berat badan, diare, sembelit, sakit kepala, sakit gigi, ketagihan, mual, pembesaran payudara, pengerasan puting dan insomnia.

Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus

Di Indonesia, prevalensi sementara Abortus pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 450.000-900.000 kejadian abortus (DepKes RI 2005). Data yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa prevalensi abortus  di Lampung tahun 2009 sebesar 11,58% yaitu 19.711 kejadian abortus dari 170.192 jumlah kelahiran bayi. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di ruang bersalin RSUD Pringsewu, Tanggamus selama tahun 2009, terdapat 934 seluruh pasien yang dirawat dan 235 diantaranya adalah kasus abortus.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran karakteristik ibu hamil yang mengalami abortus di RSUD Pringsewu tahun 2009, dengan  subjek penelitian adalah  ibu hamil dengan abortus dan objek penelitian karakteristik ibu hamil.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi adalah populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang bersalin RSUD Pringsewu yang mengalami abortus pada tahun 2009 sejumlah sebanyak 235 orang dan pengambilan sampel dengan tehnik metode total sampling sehingga sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yaitu ibu yang dirawat diruang bersalin RSUD Pringsewu dengan abortus selama tahun 2009 yaitu sebanyak 235 orang. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan data sekunder berupa rekam medik RSUD Pringsewu dan alat ukur berupa lembar checklist.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil kejadian abortus yang paling banyak terjadi di RSUD Pringsewu tahun 2009 paling banyak terjadi dengan jenis abortus inkomplit (80,43%), karakteristik ibu dengan abortus berdasarkan umur paling banyak pada umur 20-35 tahun yaitu 73,62%, berdasarkan paritas paling banyak pada paritas 2-5 yaitu 65,53%, berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak pada ibu dengan tingkat pendidikan dasar 66,39%, berdasarkan pekerjaan paling banyak bekerja sebagai petani dan buruh tani yaitu 88,94%
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah kejadian abortus yang paling banyak terjadi di RSUD Pringsewu tahun 2009 paling banyak terjadi dengan jenis abortus inkomplit dengan karakteristik ibu berumur 20-35 tahun, dengan paritas multipara, dengan pendidikan dasar dan bekerja sebagai petani dan buruh tani. 

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Abortus

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.2.1 Definisi Abortus
2.2.2 Gambaran Klinis
2.2.3 Diagnosis
2.2.4 Klasifikasi Abortus
2.2.5 Komplikasi
2.2.6 Prognosis
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.8 Etiologi
2.2.9 Patologi
2.2.10 Gambaran Ibu Hamil yang Mengalami Abortus

BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
3.3 Jenis Penelitian
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
3.5 Waktu dan Lokasi Penelitian
3.6 Pengumpulan Data
3.7 Alat Ukur
3.8 Variabel Penelitian
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
3.10 Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.2.  Pengolahan Data
4.2 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
A. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Gambaran Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III

Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan (bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 / 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2005 AKI mencapai 262 / 100.000 kelahiran hidup. Perdarahan menjadi penyebab tertinggi dari kematian ibu serta waktu yang paling kritis untuk terjadinya perdarahan adalah ketika pelepasan plasenta dan segera setelah itu. Hal ini disebabkan karena terputusnya pembuluh darah tempat berimplantasinya plasenta. Salah satu langkah mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post partum adalah manajemen aktif kala III persalinan
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapat Gambaran Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III Pada BPS di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010, dengan subjek penelitian adalah BPS di Kecamatan Pekalongan dan objek penelitian Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi adalah BPS di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur berjumlah 18 BPS dan tehnik pengambilan sampel dengan metode proporsive sampling sehingga sampel yang diambil sebanyak enam BPS. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode angket dan alat ukur berupa lembar checklist untuk mengukur pelaksanaan manajemen aktif kala III.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil bahwa Pelaksanaan Prosedur persiapan alat pada Manajemen Aktif Kala III di Enam BPS di Kecamatan Pekalongan dengan hasil bahwa keseluruhan BPS (100%) melakukan prosedur penyiapan alat sesuai dengan protap dan untuk prosedur pelaksanaan secara umum telah dilakukan, dimana dari keseluruhan pelaksanaan yang harus dilakukan pada kala III mencapai tingkat pelaksanaan 45 point dari total 54 point pelaksanaan.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III Pada BPS di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 secara umum telah dilakukan dengan baik oleh keenam BPS.

Kata Kunci : Bidan, Manajemen Aktif Kala III

DAFTAR ISI:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bidan Praktek Swasta
2. Persalinan Normal
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional

BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
B.  Populasi dan 
1. Populasi
2. Sampel
C.  Lokasi Penelitian
D.  Variabel Penelitian
E.  Instrumen dan Alat Ukur Penelitian
F.  Pengumpulan Data
G.  Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Hasil Penelitian
C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI

Gambaran Pelaksanaan Pemantauan Masa Nifas oleh Dukun

Di Indonesia persalinan yang ditolong oleh dukun bayi sebesar 40%. Sedangkan di Provinsi Lampung angka persalinan dengan dukun bayi sebesar 20,73% (SDKI 2003-2005). Pertolongan persalinan oleh dukun memberikan kontribusi terhadap AKI di Indonesia hal ini disebabkan pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan dampak antara lain pertolongan pemantauan masa nifas yang tidak adekuat sehingga sering terjadi infeksi pada masa nifas seperti perdarahan, pusing dan lemas yang berlebihan, gangguan pada payudara berupa mastitis, lochea yang berbau busuk, serta tugas pementauan masa nifas lainnya seperti penanganan bayi baru lahir.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran pelaksanaan pemantauan masa nifas oleh dukun di Desa Rulung Raya Lampung Selatan, dengan subjek penelitian adalah dukun bayi yang ada di desa Rulung Raya dan objek penelitian adalah penatalaksanaan pemantauan masa nifas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan populasi keseluruhan dukun di Desa Rulung Raya Lampung Selatan yang berjumlah 5 orang dan sampel yang diambil adalah keseluruhan dari populasi yang ada dengan tehnik pengambilan sampel total sampil sejumlah 5 orang dukun. Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan metode angket dan alat ukur berupa lembar cecklist untuk mengukur pelaksanaan pemantauan masa nifas oleh dukun.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat hasil bahwa bahwa pelaksanaan pemantauan masa nifas oleh dukun di desa Rulung Raya Kabupaten Lampung Selatan oleh 5 orang dukun untuk pelasanaan pemantauan ibu 2 orang dukun dengan kategori baik dan 3 orang dukun dengan kategori tidak baik, untuk pemantauan bayi keseluruhan dukun dengan kategori baik dan, untuk pelaksanaan penyuluhan 3 orang dukun dengan kategori yang baik dan 2 orang dukun dengan kategori tidak baik.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah pelaksanaan pemantauan masa nifas oleh dukun di desa Rulung Raya Kabupaten Lampung Selatan secara untuk pelaksanaan pemantauan ibu sebagian besar dengan kategori tidak baik, pemantauan bayi keseluruhan dengan kategori baik dan pelaksanaan penyuluhan sebagian besar dengan kategori baik.

Kata Kunci : Penatalaksanaan, pemantauan masa nifas, dukun

DAFTAR ISI :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
2.1.1 Masa Nifas
2.1.2 Dukun
1) Pengertian Dukun Bayi
2) Ciri-ciri Dukun Bayi
3) Pembagian Dukun Bayi
4) Tugas Dukun dalam Perawatan Nifas
5) Kelebihan dan Kekurangan Bersalin dengan Dukun
2.1.3 Pendidikan Dukun

BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Racangan Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
3.3 Lokasi Penelitian
3.4 Keterbatasan Penelitian
3.5 Instrumen Penelitian
3.6 Pengolahan Data
3.7 Analisa Data
3.8 Kerangka Teori
3.9 Kerangka Konsep
3.10 Variabel Penelitian
3.11 Definisi Operasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.2 Hasil Penelitian
4.3 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ANDA TERTARIK DENGAN JUDUL KTI DI ATAS ....... 
SILAHKAN ANDA PESAN KESELURUHAN ISI KTI